Sukses

Ini Alasan Mengapa Pintu Kamar Mandi Hotel Kecil dan Terbuat dari Kaca

Menurut Condé Nast Traveler, tren setengah pintu dimulai di hotel-hotel Eropa pada 1980-an.

Liputan6.com, Jakarta - Pintu kamar mandi di hotel mewah kebanyakan berkonsep minimalis dan punya warna yang transparan. Samakah hal ini dengan pengalaman yang Anda rasakan?

Banyak hotel baru memilih panel kaca yang menutupi hanya setengah dari panjang shower. Itu membuat frustasi bagi banyak pelancong, yang mengeluh tren yang berkembang tidak nyaman dan membuat lantai kamar mandi basah dan licin setelah digunakan.

Dikutip dari Mentalfloss.com, Rabu (15/7/2020) Menurut Condé Nast Traveler, tren setengah pintu dimulai di banyak hotel Eropa pada 1980-an.

"Banyak hal yang membuat orang mencoba desain kamar hotel dengan ruang terbatas," kata perancang butik Tom Parker.

"Ini tentang ayunan pintu kamar mandi hotel, karena itu harus dibuka keluar untuk alasan keamanan, seperti (jika) seseorang jatuh di kamar mandi. Anda harus mencari tahu ke mana arah pintu akan pergi."

"Sebuah pintu yang lebih kecil juga memiliki manfaat tambahan untuk membuat ruang tampak lebih besar dari yang sebenarnya, menurut majalah itu.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Selera Anak Muda

Tren ini juga terhubung dengan lahirnya "hotel gaya hidup" minimalis, yang melayani pelanggan yang lebih muda dengan desaign simpel dan modern.

Plus, pintu kaca setengah ukuran lebih mudah dibersihkan daripada tirai mandi, yang cenderung menjebak bakteri dan perlu diganti secara teratur, yang dapat menambah biaya tambahan yang signifikan untuk sebuah hotel.

Secara teoritis, bahkan shower setengah pintu dirancang untuk meminimalkan tumpahan air.

Desainer mencoba untuk meratakan lantai di kamar mandi sehingga air tidak menggenang di area lain dan mereka menempatkan kepala pancuran dan tombol di area yang lebih terlindungi oleh panel kaca.

"Hotel-hotel cenderung mengurangi risiko terpeleset dengan menawarkan alas kaki anti-selip untuk keluar dari kamar mandi," jelas Desainer Douglas DeBoer, pendiri dan CEO Rebel Design Group.