Sukses

19-7-1965: Presiden Pertama Korea Selatan Meninggal dalam Pengasingan

Hari ini, 55 tahun yang lalu, Presiden Pertama Korea Selatan, Syngman Rhee, meninggal di pengasingan di negara bagian Hawaii, AS, pada usia 90 tahun.

Liputan6.com, Hawaii - Hari ini, 55 tahun yang lalu, Presiden Pertama Republik Korea Selatan, Syngman Rhee, meninggal di pengasingan di negara bagian Hawaii, AS, pada usia 90 tahun.

Pada 1948, Rhee menjadi presiden pertama Korea Selatan setelah pemilihan umum di mana ia memperoleh 180 dari 196 suara anggota Majelis Nasional.

Rhee menghabiskan sebagian besar hidupnya di AS setelah meninggalkan Korea pada tahun 1904.

Sebelum keberangkatannya, dia menghabiskan tujuh tahun di penjara karena memimpin demonstrasi menentang monarki Korea, demikian seperti dikutip dari BBC On This Day, Minggu (19/7/2020).

Dia kembali sebentar ke Korea pada 1910 ketika Negeri Ginseng berada di bawah kendali Jepang. Setelah berselisih dengan kepemimpinan baru, ia pergi lagi untuk memimpin Pemerintah Korea di pengasingan.

Syngman Rhee tidak kembali sampai kekalahan Jepang dalam Perang Dunia Kedua dan pendudukan Korea oleh pasukan Amerika dan Soviet.

Pada tahun 1948 negara itu terbagi pada paralel ke-38 dan Uni Soviet membentuk Republik Rakyat Demokratik Korea di utara sementara AS membantu mendirikan Republik Korea di selatan.

Rhee muncul sebagai politikus anti-komunis utama di Korea Selatan dan pada 1947 ia menerima dukungan tidak resmi dari Pemerintah AS dalam upayanya untuk menjadi presiden.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Berakhir ke Pengasingan

Meskipun pertama kali dipilih berdasarkan mandat populer, gaya kepemimpinan Rhee menjadi semakin otokratis.

Pada tahun 1954 ia memaksa melalui amandemen konstitusi Korea Selatan untuk memungkinkannya memperpanjang masa jabatannya tanpa batas waktu.

Namun, pada tahun 1960 ia dipaksa ke pengasingan terakhir setelah keresahan publik atas penipuan pemilu yang membuatnya kembali menduduki kursi kepresidenan dengan suara mayoritas.

Korea Selatan terus diperintah oleh penguasa otoriter selama beberapa dekade tetapi pada saat yang sama menjadi salah satu ekonomi utama dunia.

Setelah kembali ke politik multi-partai pada tahun 1987, Presiden Roh Tae-Woo meluncurkan kampanye anti-korupsi.

Hubungan dengan tetangganya di Utara telah menjadi perhatian utama Korea Selatan.

Amerika Serikat masih menyimpan sekitar 37.000 tentara di Korea Selatan untuk berjaga-jaga terhadap terulangnya invasi 1950 oleh Korea Utara.

Tetapi setelah lima dekade kecurigaan dan permusuhan, es mulai mencair --pada Juni 2000 para pemimpin Korea Utara dan Selatan bertemu dan berjabatan tangan di Pyongyang, Korea Utara.