Sukses

Perdana, Presiden Erdogan Kunjungi Hagia Sophia Usai Berubah Status Jadi Masjid

Presiden Truki Recep Tayyip Erdogan mengunjungi Hagia Sophia untuk pertama kalinya sejak berubah status menjadi masjid.

Liputan6.com, Istanbul - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan melakukan kunjungan mendadak ke Hagia Sophia pada Minggu 19 Juli 2020 waktu setempat. Beberapa hari sebelum kegiatan salat pertama akan diadakan di landmark Istanbul setelah diubah kembali ke masjid pada pekan lalu.

Mengutip Channel News Asia, Senin (20/7/2020), dalam kunjungan kilat yang dianggap sebagai inspeksi, Erdogan memantau pekerjaan yang sedang dilakukan dalam bangunan tersebut. 

Diyanet, otoritas agama di negara itu, mengatakan ikon-ikon Kristiani di dalam bangunan Hagia Sophia akan ditutup dan tidak dinyalakan "melalui sarana yang tepat selama waktu ibadah".

"Tujuan kami adalah untuk tidak merusak lukisan dinding, ikon dan arsitektur bersejarah dari bangunan itu," kata juru bicara Erdogan Ibrahim Kalin dalam sebuah wawancara televisi pada hari Minggu.

Belum diketahui apakah Erdogan akan bergabung bersama dengan sekitar 500 jamaah yang akan menghadiri salat Jumat.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

2 dari 2 halaman

Kini Berstatus Masjid

Bangunan dari abad keenam tersebut telah dibuka untuk semua pengunjung, terlepas dari kepercayaan mereka, sejak diresmikan sebagai museum pada tahun 1935.

Awal pekan ini, Diyanet mengatakan gedung itu akan terus dibuka untuk semua pengunjung di luar jam yang diberikan untuk ibadah.

Sebagai salah satu situs Warisan Dunia UNESCO, bangunan tersebut dibangun sebagai katedral selama kekaisaran Bizantium tetapi diubah menjadi masjid setelah penaklukan Ottoman atas Konstantinopel pada tahun 1453.

Bangunan tersebut ditetapkan sebagai museum dalam reformasi kunci otoritas pasca-Ottoman di bawah pendiri republik modern Mustafa Kemal Ataturk.

Erdogan mengatakan tahun lalu bahwa merupakan "kesalahan yang sangat besar" untuk mengubah Hagia Sophia menjadi museum.

Berubahnya status bangunan itu pun kemudian memicu kemarahan di antara orang-orang Kristiani dan ketegangan antara musuh bersejarah dan sekutu NATO yakni Turki dan Yunani.