Liputan6.com, Brasilia - Presiden Brasil Jair Bolsonaro kembali dinyatakan positif mengidap Virus Corona baru. Ia pun menyatakan akan memperpanjang masa karantinanya hingga dua minggu sekaligus menunda rencana perjalanan yang akan datang.
Mengutip laman Channel News Asia, Kamis (23/7/2020), pemimpin sayap kanan tersebut, yang telah menghadapi kritik karena sebelumnya telah meremehkan pandemi dan mencela langkah-langkah social distancing, telah berada dalam isolasi diri di istana kepresidenan di Brasil sejak pertama kali dinyatakan positif terinfeksi virus pada 7 Juli lalu.Â
Advertisement
Baca Juga
"Kesehatan Presiden Jair Bolsonaro terus membaik, di bawah perawatan tim medis kepresidenan," kantornya mengatakan dalam sebuah pernyataan.
"Tes (Virus Corona) baru yang dilakukan kemarin terhadap presiden kembali positif," sambung pernyataan tersebut.Â
Bolsonaro telah diingat karena kerap membandingkan virus itu dengan flu ringan, serta menyerang tindakan yang dilakukan di rumah dan pedoman lain dari pejabat kesehatan masyarakat.
Sampai ia terinfeksi, ia secara teratur berada di depan umum tanpa masker, melakukan pelukan dan berjabat tangan dengan pendukung, dan mendesak negara terbesar Amerika Latin itu untuk kembali bekerja meskipun penyebaran Virus Corona meluas dengan cepat.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kondisi Bolsonaro
Sejak dinyatakan positif setelah mengalami demam dan kelelahan, ia telah bekerja melalui konferensi video dari kediaman presiden, Istana Alvorada.
Menyusul hasil tes positif terbaru, yang ketiga sejak terinfeksi, Bolsonaro "menunda tanpa batas" seluruh perjalanan yang akan datang ke negara bagian utara-timur Piaui dan Bahia.
Pada hari Minggu, Bolsonaro menyapa para pendukung di kediamannya, tapi dipisahkan oleh sebuah kolam selebar dua meter.
Dia melepas masker wajahnya untuk berbicara dengan mereka dan dengan bangga mengangkat kotak hydroxychloroquine, obat anti-malaria yang dia gunakan untuk melawan infeksi.
Baik Bolsonaro dan Presiden AS Donald Trump, yang ia kagumi, telah menggembar-gemborkan obat tersebut sebagai pengobatan untuk COVID-19, meskipun ada bukti ilmiah bahwa itu tidak efektif terhadap virus ini.
Insiden branding kotak hydroxychloroquine milik Bolsonaro "menyedihkan," kata spesialis pernapasan Margareth Dalcomo, dari lembaga kesehatan masyarakat terkemuka Brasil, Fiocruz.
"Politisasi obat oleh presiden AS dan Brasil ini dengan alasan keruh tidak memiliki pembenaran, dan itu menipu orang," katanya kepada AFP.
"Telah terbukti obat ini tidak memiliki efek terhadap COVID-19 ... Dan itu berpotensi efek samping yang serius."
Brasil adalah negara yang paling parah dihantam oleh pandemi ini, setelah Amerika Serikat. Brasil telah mencatat hampir 2,2 juta infeksi dan lebih dari 80.000 kematian.
Advertisement