Liputan6.com, Jakarta Setelah lima tahun menaruh fokus ke dalam jangkauan ruang terdalam, para peneliti telah merilis apa yang mereka sebut dengan "peta tiga dimensi terbesar alam semesta" yang pernah ada.
Peta yang membingungkan ini adalah hasil dari proyek yang sedang berlangsung yang disebut Sloan Digital Sky Survey (SDSS), sebuah pencarian ambisius internasional dengan tujuan memetakan perluasan alam semesta yang dapat diamati, dan diharapkan juga dapat menyelesaikan beberapa teka-teki kosmik dalam proses tersebut.
Dengan update terbaru tersebut, proyek ini telah berhasil memetakan dan mengukur lebih dari 2 juta galaksi, yang membentang dari Bima Sakti ke benda-benda kuno yang berjarak lebih dari 11 miliar tahun cahaya.
Advertisement
Peta baru yang terperinci akan membantu para astronom menyatukan periode abstrak dari ekspansi alam semesta yang dikenal sebagai 'celah'.
"Kami tahu baik sejarah kuno alam semesta dan sejarah ekspansi terakhirnya dengan cukup baik, tetapi ada kesenjangan yang sulit selama 11 miliar tahun," ungkap Kyle Dawson, seorang kosmolog di University of Utah dan peneliti utama proyek tersebut. "Selama lima tahun, kami telah bekerja untuk mengisi celah itu."
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Ekspansi Sudah Sedikit Direkayasa
Seperti dilansir Live Science, Jumat (24/7/2020), kesenjangan dimulai beberapa miliar tahun setelah ledakan Big Bang. Para ilmuwan dapat mengukur laju ekspansi alam semesta yang sebelumnya berkat latar belakang gelombang mikro kosmik, suatu radiasi kuno yang tersisa dari masa lampau alam semesta yang masih dapat dideteksi oleh para peneliti; dan mereka dapat menghitung ekspansi terbaru dengan mengukur bagaimana jarak antara Bumi dan galaksi-galaksi terdekat meningkat seiring waktu.
Tetapi ekspansi di periode pertengahan telah sedikit direkayasa karena cahaya galaksi sudah lebih dari beberapa ratus juta tahun memancarkan cahaya yang sangat redup. Untuk mengisi kekosongan ini, sebuah tim yang terdiri dari lebih dari 100 ilmuwan dari seluruh dunia memandang tidak hanya galaksi yang jauh, tetapi juga inti galaksi aktif, kuasar yang menyala terang.
Kunci dari survei ini adalah fenomena yang disebut redshift, sebuah proses di mana cahaya dari galaksi paling kuno dan jauh secara harfiah diregangkan oleh ekspansi alam semesta, meningkatkan panjang gelombangnya dan menggesernya ke ujung spektrum yang lebih merah.
Sebagai akibat dari perubahan warna kosmik ini, sumber cahaya yang menjauh dari bumi tampak lebih merah, sedangkan yang lebih dekat ke bumi terlihat lebih biru.
Â
Advertisement
Laju Kosmik 11 Miliar Tahun Lalu
Untuk menghitung laju ekspansi kosmik 11 miliar tahun yang lalu, tim ini mengukur redshift jutaan objek yang jauh beserta kecepatannya, sebuah pengukuran yang menunjukkan seberapa banyak galaksi terseret oleh gravitasi benda lain di sekitarnya.
Hasil peneltian yang dijelaskan dalam 23 studi baru yang dirilis pada 20 Juli, menunjukkan alam semesta mulai mengembang dengan laju yang meningkat sekitar 6 miliar tahun yang lalu, mengikuti periode perlambatan.
Para ilmuwan menghubungkan ekspansi alam semesta dengan kekuatan misterius yang disebut energi gelap, yaitu fenomena misterius yang bertindak berlawanan dengan gravitasi dan bertanggung jawab untuk mempercepat perluasan alam semesta, meskipun tidak ada yang sepenuhnya yakin apa itu atau di mana ia berada.
Survei seperti ini membantu para ilmuwan lebih membatasi sifat-sifat energi gelap, kata para peneliti, meskipun masih jauh dari yang ingin diketahui. Peneliti berharap dapat segera menemukan solusi untuk teka-teki itu tanpa harus menunggu miliaran tahun lagi.
Â
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul