Liputan6.com, Sydney- Pembatasan kembali diberlakukan di negara bagian New South Wales, Australia, pada Jumat 24Â Juli 2020..
Hal tersebut dilakukan dalam upaya menekan kasus baru Virus Corona COVID-19 yang ditemukan di beberapa klaster di Sydney yang muncul selama beberapa hari terakhir.
Baca Juga
Pembatasan itu pun mencakup pemesanan tempat di restoran, kafe, dan klub yang akan dibatasi untuk hanya 10 orang dan pelanggan di dalam akan dibatasi hingga 300 orang.
Advertisement
Beberapa waktu lalu, sempat muncul kasus baru yang berasal dari restoran Thailand di pinggiran kota Sydney.
Sementara untuk acara pernikahan, akan dibatasi untuk 150 tamu dengan aturan jarak sosial yang ketat seperti larangan adanya pertunjukan bernyanyi dan menari.
Selain itu, hanya 100 orang yang dapat menggunakan fasilitas ibadah, dan prosesi pemakaman.
Sejauh ini, Australia tidak mencatat jumlah kasus Corona COVID-19 yang tinggi seperti di negara-negara lainnya, dengan lebih dari 13.000 infeksi dan 133 kematian pada 23 Juli.
Tetapi sejak adanya lonjakan kasus baru di antara masyarakat di dua negara bagian terpadatnya dalam beberapa pekan terakhir, telah membuat pihak berwenang khawatir, demikian seperti dikutip dari Channel News Asia, Jumat (24/7/2020).
Saksikan Video Berikut Ini:
Jumlah Kematian Tertinggi di Negara Bagian Victoria Dalam 24 Jam
Negara bagian Victoria, yang merupakan terpadat kedua di Australia, melaporkan pada Jumat dini hari bahwa 6 orang meninggal akibat Virus Corona dalam 24 jam terakhir.Â
Jumlah kematian harian akibat Virus Corona jenis baru itu pun merupakan yang tertinggi sejak pandemi dimulai.
Negara bagian tersebut mencatat 300 infeksi baru, yang lebih sedikit daripada 403 kasus yang dilaporkan sehari sebelumnya.
Dengan adanya sejumlah infeksi baru di Melbourne, membuat pemerintah untuk memberlakukan lockdown selama enam pekan dan mewajibkan penggunaan masker bagi penduduknya atau berisiko.
Mereka yang melanggar pun akan mendapatkan denda hingga sebesar US$143 atau setara Rp. 2 Juta.Â
Kabinet Nasional Australia pada Jumat 24 Juli juga menggelar pertemuan yang membahas langkah-langkah untuk menangani kemunculan klaster infeksi baru serta langkah-langkah untuk mengurangi dampak ekonominya.
Sementara itu, sebuah firma hukum di hari yang sama juga mengatakan telah mengajukan gugatan class action di pengadilan Australia terhadap kapal pesiar Ruby Princess milik Carnival Corp atas tuduhan terkait penanganan yang salah pada wabah Virus Corona COVID-19 di atas kapal.
Kapal pesiar yang mendapatkan tuduhan itu juga menjadi bagian dari penyelidikan kasus pembunuhan di Australia, dan merupakan salah satu sumber infeksi virus paling mematikan di negara tersebut.
Saat menanggapi tuntutan hukum tersebut, juru bicara perusahaan yang memiliki kapal, Carnival Corp, mengatakan dalam sebuah pernyataan melalui email, "Bukan niat kami untuk menanggapi pernyataan pengacara class action."
Advertisement