Sukses

Pilpres AS 2020, Badan Intelijen Mewaspadai Campur Tangan Asing

Pejabat intelijen Amerika Serikat mengimbau warga agar mewaspadai campur tangan asing dalam Pilpres AS 3 November 2020 mendatang.

Liputan6.com, Washington DC - Pejabat intelijen Amerika Serikat mengimbau warga agar mewaspadai campur tangan asing jelang dan selama Pilpres AS 3 November 2020 mendatang. Publik juga diminta untuk menyaring informasi, memeriksa sumber online, dan melaporkan tindakan mencurigakan.

William Evanina, kepala Pusat Kontra-Intelijen dan Keamanan Nasional AS (NCSC) mengatakan, dengan hanya lebih dari 100 hari jelang Pemilu, adalah "keharusan" bagi agensinya untuk berbagi dengan pemilih beberapa informasi tentang kemungkinan gangguan.

"Publik Amerika memiliki peran dalam mengamankan pemilu, khususnya dalam menjaga kewaspadaan terhadap pengaruh asing," kata Evanina, yang memimpin cabang kontra-intelijen, Direktorat Intelijen Nasional AS, seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (25/7/2020).

"Pada tingkat paling dasar, kami mendorong warga Amerika untuk mengonsumsi informasi dengan kritis, memeriksa sumber sebelum memposting ulang atau menyebarkan pesan, mempraktikkan kebersihan cyber dan literasi media, dan melaporkan kegiatan terkait pemilu yang mencurigakan kepada pihak berwenang," tambah pejabat intelijen AS tersebut dalam sebuah pernyataan tertulis.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Momok

Campur tangan asing dalam pemilu AS telah menjadi momok sejak beberapa tahun terakhir. Menurut komunitas intelijen, oknum Rusia diduga melakukan campur tangan dalam Pilpres AS 2016, termasuk tuduhan membantu Presiden AS Donald Trump.

Mengingat kompleksitas penghitungan suara AS dan sistem audit, Evanina mengatakan akan "sangat sulit bagi musuh asing untuk secara luas mengganggu atau mengubah penghitungan suara tanpa deteksi".

Namun, Evanina mengatakan agen mata-mata AS sekarang melihat musuh asing berusaha untuk mengkompromikan kampanye dan kandidat politik AS, serta infrastruktur pemilihan.

Dia mengatakan negara-negara asing sedang mencoba untuk mempengaruhi pemilih AS melalui media sosial dan jalur tradisional, menggunakan isu-isu termasuk pandemi coronavirus dan protes domestik sebagai 'bahan bakar' disinformasi.

Evanina mengatakan lembaganya menduga kuat potensi campur tangan oknum China, Rusia dan Iran, meskipun negara-negara lain yang tidak disebutkan namanya dan aktor-aktor non-negara "juga dapat merusak proses pemilihan kita."