Liputan6.com, Bangkok - Seorang cucu bos minuman energi Red Bull, Vorayuth Yoovidhya, dikabarkan bebas dari jerat hukum. Padahal akibat ulahnya, seorang polisi meninggal dunia pada 2012 lalu.Â
Tuduhan yang telah dijatuhkan terhadap cucu Vorayuth Yoovidhya, terkait tabrak lari yang menewaskan seorang polisi tahun 2012 lalu dcabut. Hal ini diungkapkan oleh polisi Thailand, dalam sebuah kasus yang menarik perhatian perihal kekuatan orang kaya Thailand.
Baca Juga
"Kami diberitahu oleh Kantor Jaksa Agung tentang keputusan akhir mereka pada 12 Juni untuk tidak mendakwa Vorayuth Yoovidhya. Jadi selanjutnya kami akan memberi tahu dia (Yoovidhya) tentang keputusan dan pencabutan dari surat perintah penangkapan," ujar Kolonel Sampan Luangsajjakul dari Kepolisian Thailand melansir CNN Selasa (28/7/2020),
Advertisement
Polisi Thailand mengatakan pada Senin 27 Juli, mereka memutuskan akan menyelidiki mengapa dakwaan pidana yang dijatuhkan terhadap ahli waris kekayaan minuman energi Red Bull, yang dituduh melakukan pembunuhan tabrak lari seorang polisi tahun 2012 ketika mengendarai mobil sport Ferrari dicabut. Â Dia diketahui hanya perlu membayar denda 500,000 baht ($16,000.) atau sekitar Rp 233Â juta.
Kasus ini memicu kemarahan publik Thailand pada tahun 2012, forum-forum online mengecam sistem peradilan Thailand atas keringanan hukuman yang dirasakan terhadap terdakwa yang memiliki uang dan koneksi. Diketahui, Yoovidhya dijatuhkan tuduhan mengemudi dalam keadaan mabuk, kematian akibat kelalaian dan tabrak lari.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Pembentukan Kembali Komite Penyelidikan
Untuk menyeldiki kasus tersebut, polisi membentuk sebuah komite untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. "Sebuah komite telah dibentuk untuk memastikan fakta-fakta dan menunjukkan transparansi serta keadilan bagi semua orang, untuk melihat apakah kasus tersebut mengikuti prosedur polisi" kata polisi nasional dalam sebuah pernyataan.
Melansir thehindunews Senin (28/7/2020), pengumuman dibentuknya komite tersebut muncul setelah Kantor Kejaksaan Agung mengatakan akan menyelidiki juga keputusan tersebut. Produsen Red Bull juga telah berusaha menjauhkan diri dari Vorayuth, cucu mendiang Chaleo Yoovidhya, yang menciptakan minuman energi Krating Daeng, atau Red Bull.
Juru bicara pemerintah Thailand, Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha mengatakan pada 26 Juli bahwa berita tentang kasus yang dijatuhkan itu membuatnya juga membuatnya terkejut karena ia menekankan bahwa dia tidak ikut andil dalam proses peradilan
Vorayuth, yang berusia 27 tahun pada saat itu, dituduh menabrak seorang polisi dengan Ferrari miliknya dan menyeret tubuh polisi tersebut hingga puluhan meter sebelum melarikan diri dari tempat kejadian.
Masyarakat Thailand pun sudah menyuarakan protesnya untuk memboikot produknya di di media sosial twitter. Menurut beberapa posting media sosial, setelah surat penangkaan diterima, dia kemudian menghilang pergi ke luar negeri.
Â
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul
Advertisement