Liputan6.com, Washington, D.C. - Capres Joe Biden akan segera memilih pendampingnya di pilpres AS 2020. Rencananya, ia akan memilih wanita sebagai wakilnya.
Dilaporkan CNN, Rabu (29/7/2020), Joe Biden memiliki beberapa nama di daftar cawapresnya. Namun, ia belum tentu akan bertemu langsung dengan para finalis itu.
Advertisement
Baca Juga
Joe Biden sebelumnya sudah berjanji akan memilih wanita sebagai capresnya. Ia juga mendapat tekanan partai agar memilih wanita yang berasal dari kalangan minoritas.
Beberapa nama yang dijagokan adalah mantan Penasihat Keamanan Nasional Susan Rice, Gubernur Michigan Gretchen Whitmer, Gubernur New Mexico Michelle Lujan Grishem, Senator Tammy Duckworth, dan Wali Kota Atlanta Keisha Lance Bottoms.
Pandemi Virus Corona (COVID-19) menyulitkan Joe Biden untuk berkomunikasi langsung dengan bakal cawapresnya. Meski demikian, Joe Biden tidak terlalu mempermasalahkan itu.
"Saya sebenarnya tidak berpikir itu masalah," ujarnya.
Pengumuman cawapres Joe Biden dijadwalkan sebelum Konvensi Demokrati Partai Demokrat pada 17 Agustus mendatang di Milwaukee, Wisconsin. Pada acara itu, Partai Demokrat akan secara resmi menunjuk Biden sebagai capres.
Sementara, Presiden AS Donald Trump akan kembali maju dengan wakilnya, Mike Pence, yang merupakan mantan gubernur Indiana.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Joe Biden Sebut Donald Trump sebagai Presiden Rasis Pertama di AS
Pekan lalu, Joe Biden disorot karena menyebut Donald Trump sebagai presiden rasis pertama di AS. Komentar itu juga bermasalah dari sisi historis.Â
Komentar Presiden Biden menjadi sorotan karena tak sesuai sejarah. Pasalnya, dulu pun ada presiden AS yang pernah memiliki budak.Â
Totalnya ada 12 presiden AS yang pernah punya budak, termasuk Presiden George Washington, Thomas Jefferson, dan Andrew Jackson.
Presiden AS terakhir yang punya budak adalah Ulysses S. Grant, namun budak itu berasal dari keluarga istrinya. Ia lantas membebaskan budak itu.
Penasihat senior kampanye Donald Trump, Katrina Pierson, berkata orang seperti Joe Biden tak pantas mengajari orang terkait keadilan ras.
"Presiden Trump mencintai seluruh masyrakat, bekerja keras untuk memberdayakan semua rakyat Amerika, dan mendukung lebih banyak pemilih kulit hitam lebih dari kandidat presiden Partai Republik manapun dalam sejarah modern. Tak ada yang perlu mendengarkan kuliah keadilan ras dari Joe Biden," ujar Pierson yang menjadi jubir kampanye Trump pada pilpres 2016.
Tim Joe Biden ikut bersuara untuk membela Joe Biden. Presiden Donald Trump disebut rasis karena posisinya yang unik, yakni dinilai menang pilpres karena isu ras.
"Ada sejumlah presiden Amerika yang rasis, tetapi Trump menonjol, terutama karena di sejarah modern, sebab ia menggunakan rasisme dan perpecahan sebagai tanda pengenalnya dan ia menang," ujar penasihat senior Joe Biden, Symone Sanders.
Advertisement