Sukses

Ayo Dukung Ibu di Indonesia Tetap Menyusui Selama Pandemi COVID-19

Pada perayaan Pekan Menyusui Dunia, UNICEF dan WHO menyerukan untuk mempertahankan dan mendukung akses layanan yang memungkinkan para ibu untuk tetap menyusui selama pandemi COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Pada perayaan Pekan Menyusui Dunia yang jatuh pada tanggal 1-7  Agustus, UNICEF dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyerukan pemerintah dan semua pemangku kepentingan untuk mempertahankan dan mendukung akses kepada layanan yang memungkinkan para ibu untuk tetap menyusui selama pandemi COVID-19.

Inisiasi menyusu dini dan menyusui secara eksklusif membantu anak-anak bertahan hidup dan membangun antibodi yang mereka butuhkan agar terlindung dari berbagai penyakit yang sering terjadi pada masa kanak-kanak, seperti diare dan pneumonia. Bukti-bukti juga menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan ASI memperlihatkan hasil yang lebih baik pada tes inteligensi, kemungkinan mengalami obesitas dan kelebihan berat badan lebih kecil, dan kerentanan mengalami diabetes semasa dewasa kelak lebih rendah.

"Peningkatan angka ibu menyusui secara global berpotensi menyelamatkan nyawa lebih dari 820.000 anak usia balita dan dapat mencegah penambahan 20.000 kasus kanker payudara pada perempuan setiap tahunnya. Namun, di Indonesia, hanya 1 dari 2 bayi berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif, dan hanya sedikit lebih dari 5 persen  anak yang masih mendapatkan ASI pada usia 23 bulan," jelas WHO dalam keterangan tertulisnya yang dimuat di website resminya, dikutip Selasa (4/8/2020).

Itu artinya, hampir setengah dari seluruh anak Indonesia tidak menerima gizi yang mereka butuhkan selama dua tahun pertama kehidupan. Lebih dari 40 persen bayi diperkenalkan terlalu dini kepada makanan pendamping ASI, yaitu sebelum mereka mencapai usia 6 bulan, dan makanan yang diberikan sering kali tidak memenuhi kebutuhan gizi bayi.

Saksikan Juga Video Ini:

2 dari 3 halaman

COVID-19 Ganggu Layanan Penting

Akibat pandemi COVID-19, akses kepada layanan penting seperti konseling menyusui di rumah sakit, klinik kesehatan, kunjungan ke rumah serta pada Baby Friendly Hospital Initiative (BFHI) menjadi terganggu. Informasi tidak tepat yang beredar perihal keamanan menyusui telah menurunkan angka ibu menyusui karena para ibu takut menularkan penyakit kepada bayi mereka.

“Pada saat ini, ketika layanan kesehatan masyarakat terhambat, kita sangat perlu memahami manfaat luar biasa dari ASI serta interaksi ibu dan bayinya dalam mencegah penyakit yang sering terjadi pada masa anak anak serta mendukung kesehatan dan perkembangan anak,” ujar Dr. Paranietharan, Perwakilan WHO untuk Indonesia.

Bagi ibu yang terkonfirmasi atau menjadi pasien COVID-19, UNICEF dan WHO tetap menganjurkan kelanjutan menyusui selama pandemi tanpa memisahkan ibu dari bayinya, sambil tetap memperhatikan langkah pengendalian penularan yang tepat. Saat ini, belum ada data yang cukup untuk menyimpulkan bahwa COVID-19 ditularkan dari ibu ke anak melalui menyusui; di sisi lain, penghentian pemberian ASI dan pemisahan ibu dari bayinya bisa menimbulkan konsekuensi yang signifikan.

Oleh karena itu, manfaat pemberian ASI tampak melampaui potensi risiko penularan secara substansial. “Sepanjang pandemi COVID-19, kita harus terus mendukung bahwa menyusui sebagai cara penting untuk menjaga kesehatan dan keselamatan anak dan ibu,” kata Perwakilan UNICEF Indonesia Debora Comini. “Bersama-sama, kita bisa mendukung keluarga-keluarga agar menciptakan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembang anak, termasuk pada masa pandemi.”

3 dari 3 halaman

UNICEF dan WHO Himbau untuk Mendukung ASI

Untuk mendukung para ibu untuk terus melakukan praktik menyusui yang optimal, UNICEF dan WHO mengimbau pemerintah dan para pemangku kepentingan agar meningkatkan investasi yang dibutuhkan untuk melindungi dan mendukung pemberian ASI, termasuk:

  • Memprioritaskan layanan dan program untuk melindungi, mempromosikan, dan mendukung pemberian ASI sebagai komponen kesehatan dan gizi yang amat penting dalam merespons pandemi COVID-19;Melanjutkan dukungan kepada ibu menyusui melalui peningkatan konseling yang berkualitas dan penyediaan informasi yang akurat tentang gizi ibu, bayi, dan anak, serta memperkuat layanan Rumah Sakit Sayang Bayi;
  • Mengakhiri untuk mendukung produk pengganti ASI agar ibu dan pengasuh bisa membuat keputusan yang terbaik mengenai pemberian makan kepada bayi.
  • Lebih jauh, WHO, UNICEF, dan para mitra baru-baru ini mengimbau produsen produk pengganti ASI agar berkomitmen untuk patuh secara penuh kepada Kode Pemasaran Internasional untuk Produk Pengganti ASI dan resolusi terkait yang telah diadopsi oleh Sidang Majelis Kesehatan Dunia (Kode) untuk memastikan semua bayi dan anak di seluruh dunia mendapatkan ASI secara optimal dan mengonsumsi makanan sehat.

Untuk menjawab pertanyaan terkait COVID-19 dan pemberian ASI, kunjungi link ini.

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul