Sukses

Bos Kartel Minyak dengan Julukan Palu Godam Diringkus di Meksiko

Aksi kekerasan kartel di Meksiko tidak kenal masa pandemi corona COVID-19.

Liputan6.com, Mexico City - Pasukan keamanan Meksiko berhasi meringkus bos kartel minyak yang merupakan salah satu penjahat paling kuat di negara itu. Ia adalah Jose Antonio Yepez yang dijuluki si Palu Godam.

Menurut laporan BBC, Selasa (4/8/2020), polisi Meksiko telah membuntuti si Palu Godam selama berbulan-bulan. Ibu dan saudari perempuannya berhasil ditangkap lebih dulu.

Pada Juli, bos kartel ini sempat merilis video deklarasi perang ke polisi Meksiko karena tak terima ibunya ditangkap. Ia terdengar menahan tangis di video itu.

Kedua perempuan itu kini sudah dilepaskan.

Polisi meringkus Yepez pada penyergapan pada Minggu 2 Agustus pada dua rumah di Guanajuato. Seorang pebisnis perempuan yang diculik Yepez juga dibebaskan.

Bos kartel berusia 40 tahun itu diduga memimpin Santa Rosa de Lima Cartel yang kerap berperang dengan geng lain. Keahlian khusus kartel ini adalah mencuri minyak dari pipa di daerah Guanajuato.

Penangkapan Yepez dianggap sebagai kemenangan signifikan bagi pemerintah Meksiko di tengah pandemi Virus Corona COVID-19. Aksi kekerasan para geng itu juga tidak peduli dengan pandemi.

 

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Kartel Kolombia Tembak Warga

Kartel narkoba dan kelompok pemberontak di Kolombia memiliki cara tersendiri dalam menerapkan peraturan karantina wilayah atau lockdown akibat Corona COVID-19.

Dikutip dari laman The Guardian, Jumat 17 Juli 2020, meski demikian, Human Rights Watch (HRW) mengecam cara tersebut lantaran kartel narkoba dan kelompok di Kolombia itu menembaki, bahkan membunuh warga yang tak mematuhi aturan lockdown.

Setidaknya delapan warga sipil telah dibunuh oleh kelompok-kelompok bersenjata. Mereka menyebarkan informasi itu melalui pesan di Whatsapp untuk memperingatkan warga tentang kuncian di daerah pedesaan tempat mereka beroperasi.

Di Tumaco, kota pelabuhan yang miskin, geng melarang warga memancing atau mencari ikan. Hal itu menyebabkan warga di sana kian kesulitan memperoleh uang dan makan.

Jam malam juga mereka terapkan -- jauh lebih ketat dari tindakan yang diberlakukan oleh pemerintah -- juga memaksa pedagang kaki lima kembali pulang.

Di daerah-daerah lain, peraturan yang diterapkan kartel dan kelompok bersenjata lebih ekstrem. Warga dilarang meninggalkan rumah, bahkan jika mereka hendak berobat. Di provinsi Cauca dan Guaviare, geng bersenjata membakar sepeda motor milik penduduk yang mengabaikan peraturan lockdown.

"Mereka telah menutup transportasi antar desa, dan ketika seseorang dicurigai memiliki COVID-19, mereka disuruh meninggalkan daerah itu atau mereka akan dibunuh," kata salah seorang pemimpin masyarakat di provinsi Putumayo selatan Kolombia kepada Guardian.

"Dan orang-orang tidak punya pilihan selain menaati peraturan."

Pada tanggal 8 Juni, Edison León Pérez, seorang pemimpin komunitas dan aktivis, dibunuh di kota San Miguel Putumayo oleh La Mafia, geng perdagangan narkoba, beberapa hari setelah ia meminta pihak berwenang setempat untuk menangani perintah lockdown yang diterapkan geng tersebut.

Seperti sebagian besar Amerika Selatan, Kolombia bersiap menghadapi pandemi Corona COVID-19.

Sejak kasus pertama COVID-19 dikonfirmasi pada 6 Maret, otoritas medis telah mengkonfirmasi 159.898 kasus, dengan 5.625 kematian. Kasus naik terus hingga lebih dari 5.000 sehari.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.