Liputan6.com, Jakarta - Tagar Pray For Lebanon tengah trending di situs microblogging Twitter. Netizen dari beragam negara -- terlihat dari unggahan dengan tulisan bahasa asing --Â turut menyampaikan duka cita dan mendoakan para korban ledakan Beirut.
Hingga berita ini dimuat, sudah 3.666 twit terkait hashtag Pray For Lebanon.
Baca Juga
Melalui #PrayForLebanon, terlihat juga unggahan video detik-detik ledakan. Selain itu juga rekaman saat sejumlah orang terkejut saat ledakan di Beirut terjadi, berupaya mengamankan orang-orang terkasih seperti anak-anak mereka.
Advertisement
Gambar-gambar kehancuran dari lokasi ledakan di Beirut dengan tagar yang sama juga terpampang.
Sementara lainnya, menunjukkan aksi solidaritas dari negara lain yang memasang warna bendera Lebanon di Menara Burj Khalifa.
"#PrayForLebanon #prayforbeirut Dalam solidaritas dengan Lebanon, karena ledakan yang terjadi di Beirut sebelumnya hari ini, mereka menerangi piramida Mesir dan gedung pencakar langit Burj Khalifa di Dubai, dengan bendera mereka," tulis akun @dayron_perezwx dikutip Rabu (5/8/2020).
Tak sedikit warganet yang berbagi unggahan video kolom asap tebal bak jamur pasca ledakan terjadi di ibu kota Beirut. Menunjukkan betapa dahsyatnya ledakan tersebut.
Lainnya menunjukkan sesi foto wedding yang juga terdampak ledakan di Beirut Lebanon itu. Melalui rekaman video sang kameramen yang diposting di Twitter, diketahui ledakan terasa hingga lokasi pemotretan tersebut. Meski terlihat terluka, namun juru kamera itu terlihat panik berlarian bersama pasangan pengantin dan orang-orang di lokasi tersebut.
Saksikan Juga Video Ini:
Ledakan di Beirut Lebanon Berasal dari 2.700 Ton Amonium Nitrat
Ledakan di Beirut, Lebanon terjadi pada Selasa 4 Agustus waktu setempat. Kepala Keamanan Umum Lebanon Abbas Ibrahim mengungkap pemicu ledakan dahsyat yang menewaskan 73 orang dan melukai 3.700 warga itu.
Berdasarkan hasil investigasi, ungkap Ibrahim, ledakan itu berasal dari 2.700 ton amonium nitrat. Bahan kimia tersebut disimpan di pelabuhan Beirut sebelum dikirim ke Afrika, seperti dikutip dari Aljazeera, Rabu, 5 Agustus 2020.
Hasil investigasi tersebut telah dilaporkan Ibrahim kepada Dewan Pertahanan Tinggi Lebanon yang berisi presiden dan semua lembaga keamanan utama negara. Otoritas Lebanon berjanji akan memberi hukuman paling berat ke pihak yang bertanggung jawab.
Menteri Kesehatan Lebanon Hamad Hassan mengatakan jumlah korban tewas akibat ledakan di Beirut, Lebanon, pada Selasa waktu setempat, 4 Agustus 2020, mencapai 73 orang. Lebih dari 3.700 orang terluka.
Â
Advertisement
Seperti Ledakan Bom Nuklir
Ledakan besar mengguncang Beirut, Lebanon pada Selasa 4 Agustus 2020 sore setelah pukul 18.00 waktu setempat. Ribuan orang dilaporkan terluka akibat peristiwa tersebut.
Mengutip Sky News, para saksi mata mengatakan sejumlah orang terluka selama kehancuran yang meluas di seluruh kota. Ada penduduk melapor langit-langit bangunan runtuh dan jendela-jendela hancur.Kolom asap besar terlihat menjulang di atas kota setelah ledakan.
Orang-orang yang terluka terlihat tergeletak di tanah dekat pelabuhan Beirut, menurut seorang fotografer di tempat kejadian. Editor Sky News Timur Tengah Zein Ja'far, yang berada di pusat kota Beirut pada saat ledakan Selasa 4 Agustus sore waktu setempat mengatakan ledakan besar itu menyebabkan jendela runtuh dan membentuk seperti gua.
"Ledakan ini merobek fasad bangunan tempat kami berada, dan begitu debu mereda, kami dan orang lain di blok ini bergegas ke luar. Benar-benar pemandangan yang mengkhawatirkan," kata Zein Ja'far.
"Suara sirene brigade pemadam kebakaran, ambulans, polisi dan juga militer telah cukup gencar selama 45 menit terakhir dan sejumlah besar layanan darurat dan pasukan keamanan bergegas ke daerah itu sekarang," ungkap Zein Ja'far.
"Banyak orang yang sangat linglung, sangat berlumuran darah berjalan-jalan mencoba mengumpulkan sikap mereka," tutur Zein.
Seorang warga setempat bernama Fady Roumieh, berdiri di tempat parkir sebuah pusat perbelanjaan sekitar 2 km (1,2 mil) timur ledakan. Dia berkata: "(Itu) seperti bom nuklir. Kerusakan begitu luas dan parah di seluruh kota".
"Beberapa bangunan sejauh 2 km sebagian runtuh. Ini seperti zona perang. Kerusakannya ekstrem. Tidak ada satu pun jendela kaca yang utuh," imbuh Fady Roumieh.
Ketika malam tiba, api masih menyala di distrik pelabuhan Lebanon itu, dan suara sirene ambulans terdengar di seluruh kota.