Liputan6.com, Jakarta Lebih dari 100 orang meninggal dunia dan 4 ribu lainnya terluka akibat ledakan dahsyat di pelabuhan Beirut, Lebanon. Presiden Lebanon Michel Aoun mengaku telah mengetahui sumber penyebab ledakan.
Dalam akun Twitter Kepresidenan Lebanon, Aoun mengungkap penyebab ledakan di Beirut pada Selasa 4 Agustus waktu setempat itu adalah amonium nitrat.
Baca Juga
Ia menyatakan, penimbunan 2.750 ton amonium nitrat di sebuah gudang tanpa langkah keamanan tidak dapat diterima.
Advertisement
[bacajuga:Baca Juga](4322718 4323129 0)
Aoun menekankan, mereka yang bertanggung jawab atas tragedi ledakan di Beirut tersebut harus diganjar hukuman paling berat, seperti dikutip dari kantor berita Anadulo, Rabu (5/8/2020).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Daerah Bencana
Sementara itu, otoritas Lebanon menyatakan Beirut sebagai "daerah bencana" akibat peristiwa itu. Dewan Pertahanan Tertinggi Lebanon menyatakan status darurat di Ibu Kota Beirut selama dua pekan ke depan.
Bersamaan dengan status darurat, alokasi pendanaan rumah sakit untuk menutupi biaya para korban luka, pembayaran kompensasi bagi keluarga korban meninggal dan pasokan gandum menyusul hancurnya tempat penyimpanan gandum akibat ledakan menjadi keputusan yang diambil oleh dewan tersebut.
Komite investigasi juga telah dibentuk guna menyiapkan laporan mengenai ledakan dalam lima hari ke depan.
Advertisement
Meratakan Bangunan 3 Lantai
Kebakaran di gudang yang berisi material peledak di Pelabuhan Beirut menyebabkan ledakan dahsyat, yang meratakan bangunan tiga lantai dan terdengar hingga ke seluruh kota dan pinggirannya.
Negara tetangga serta kawasan Timur Tengah, termasuk Turki menyampaikan belasungkawa dan menawarkan bantuan kepada Lebanon menyusul ledakan tersebut.
Presiden AS Donald Trump mengaku bahwa ledakan itu "tampak seperti serangan mengerikan", dengan menyebutnya sebagai pemboman ketimbang kecelakaan.