Sukses

Jalin Kerja Sama, Indonesia dan Inggris Fokus Bikin Riset Terkait Pandemi COVID-19

Perwakilan Riset dan Teknologi Indonesia-Inggris telah menandatangani MoU untuk melanjutkan kerja sama penelitian.

Liputan6.com, Jakarta- Berlanjutnya kemitraan penelitian dan teknologi antara Inggris dan Indonesia telah dilakukan dengan digelarnya sesi penandatanganan nota kesepahaman (MoU) secara virtual oleh Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro dan Menteri Ilmu Pengetahuan, Riset, dan Inovasi Inggris, Amanda Solloway MP.

"Kerja sama riset antara Indonesia dengan Inggris memang penekanannya lebih kepada peningkatan kualitas pada riset dan kemudian publikasi, dan tentunya hal ini adalah tahapan awal dari Newton Fund yang telah berlangsung sejak tahun 2015," ujar Bambang dalam sesi tanya jawab webinar yang digelar Rabu (5/8/2020).

Untuk kedepannya, Bambang berharap kualitas dan jumlah publikasi internasional meningkat, terutama di jurnal-jurnal yang bereputasi. 

"Yang sudah berlangsung selama ini adalah riset-riset yang sebenarnya sudah memberikan dampak ke masyarakat secara langsung seperti contohnya dari pemenang Newton Fund. Yang terakhir dari kerja sama antara Huddersfield University dan ITB, dimana para penelitinya mencoba melihat mitigasi dampak dari tsunami di wilayah pedesaan yang ada di pinggir pantai," kata dia.

"Kami melihat hasil atau impact dari riset ini tetap bermanfaat buat masyarakat secara umum, dan tentunya ini juga berlaku untuk hasil-hasil riset lainnya yang memberikan dampak kepada masyarakat termasuk riset di bidang kesehatan, salah satu yang saya ingat adalah mengenai peningkatan gizi, yang saya yakini jika diaplikasikan tentunya akan memberikan manfaat," imbuh Bambang Brodjonegoro.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Fokus Riset Terkait Pandemi COVID-19

ProfBambang Brodjonegoro menerangkan, kerja sama riset antara Indonesia dan Inggris tersebut bersifat umum, dan dalam perjanjian yang diperbarui dari pihak RI adanya penekanan tentang perlunya beberapa fokus. 

"Karena kebetulan kita sedang mengalami pandemi, maka otomatis perhatian atau fokus pada pandemi (COVID-19) tetap akan menjadi bagian yang penting, tetapi kita tidak menutup potensi kerja sama riset di bidang lainnya, dan menurut kami Indonesia perlu untuk terus meningkatkan kapasitas dan kualitas risetnya di berbagai aspek, dari pembangunan kita," jelas Bambang. 

Sementara saat ditanya mengenai adakah sudah adanya riset yang dilakukan di area turisme antara Indonesia dengan Inggris, Bambang menjawab, "Meskipun hingga saat ini belum adanya riset yang spesifik terkait bidang turisme, yang juga merupakan salah satu kerja sama antara Indonesia dengan Inggris, namun secara pribadi saya melihat kedepannya hal tersebut perlu menjadi salah satu perhatian, mengingat turisme akan kita dorong sebagai salah satu sumber devisa bagi Indonesia, dan tentunya kita juga tahu jumlah turis dan pariwisata yang ada di Inggris, yang barangkali juga bisa menjadi contoh atau referensi untuk kita."

Gagasan dari Bambang itu pun didukung Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins. "Karena pariwisata benar-benar akan berubah, dan itu akan berlanjut di Inggris maupun di Indonesia, tetapi pemahaman tentang bagaimana itu bisa berlangsung dengan aman, saya pikir itu akan terlihat sedikit berbeda setelah epeidemik COVID-19, maka dari itu saya akan sangat senang melihat kolaborasi lebih lanjut terutama di bidang tersebut dan proyek khusus yang dikeluarkan berdasarkan MoU ini," ungkap Jenkins.

3 dari 3 halaman

Sekilas Mengenai Kerja Sama Riset Inggris-Indonesia

Kemitraan riset antara Inggris dan Indonesia didukung oleh beberapa dana riset dan inovasi, menurut Kedubes Inggris di Jakarta, termasuk Newton Fund dan Global Challenges Research Fund (GCRF). Terdapat lebih dari 140 riset dan inovasi di bawah Newton Fund dan GCRF.

Selain itu, kemitraan itu telah meluncurkan lebih dari 22 kompetisi pendanaan riset melalui 15 program riset dan inovasi. 

Tidak tanggung-tanggung, Kerja sama yang kuat antara peneliti Inggris dan Indonesia ini juga telah menghasilkan 2.205 publikasi gabungan selama 2015-2019.

Kendati demikian, pemerintah Indonesia dan Inggris telah sepakat untuk memperpanjang kemitraan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi hingga tahun 2025 demi mendukung kerja sama para peneliti guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat di kedua negara.