Liputan6.com, Jakarta- Pemerintah Amerika Serikat telah menyetujui untuk membayar Johnson & Johnson lebih dari US$ 1 miliar atau Rp 14 triliun untuk 100 juta dosis vaksin Virus Corona COVID-19.
Saat ini, vaksin dari Johnson & Johnson masih dalam tahap percobaan, dan kini vaksin itu masih dalam tahap awal uji coba pada manusia di AS dan Belgia.
Baca Juga
Dikutip dari VOA Indonesia, Kamis (6/8/2020), menurut Kepala Staf Ilmiah Johnson & Johnson, Dr. Paul Stoffels, uji coba vaksin tahap akhir pada manusia dijadwalkan pada September 2020.
Advertisement
"Kami tingkatkan produksi persediaan vaksin SARS-CoV-2 di AS dan seluruh dunia untuk penggunaan darurat," ujarnya.
AS dapat memesan hingga 200 juta dosis tambahan, sebagai bagian dari kesepakatan tersebut.Â
Negeri Paman Sam tersebut juga telah menggelontarkan dana sebesar US$ 456 juta untuk pembuatan vaksin itu. Produksi untuk lebih dari 1 miliar dosis vaksin merupakan target Johnson & Johnson pada tahun 2021 mendatang.
Saksikan Video Berikut Ini:
Selain Johnson & Johnson
Teknologi sama, yang pada sebelumnya digunakan dalam vaksin eksperimental untuk Ebola, kini juga sedang digunakan untuk memproduksi vaksin Ad26.COV2.S oleh Johnson & Johnson.
Pada 2019, vaksin tersebut digunakan di Republik Demokratik Kongo.
Menurut laporan VOA Indonesia, vaksin yang diproduksi Johnson & Johnson itu akan dikirimkan ke Badan Penelitian dan Pengembangan Biomedis Lanjutan (BARDA) yang berbasis nirlaba.
Setelah mendapatkan persetujuan, vaksin itu diperuntukkan bagi penggunaan darurat oleh FDA, Badan Administrasi Makanan dan Obat-obatan AS.
Kesepatakan itu merupakan yang pertama kalinya untuk Johnson & Johnson dengan sebuah negara dalam penyediaan vaksin, meskipun perusahaan itu juga sedang dalam pembicaraan dengan Uni Eropa.
Selain Johnson & Johnson, beberapa perusahaan lainnya juga telah membuat kesepakatan dengan AS untuk vaksin Corona COVID-19 yang berpotensi.
Baru-baru ini, AS mengumumkan kesepakatannya untuk menyediakan 100 juta dosis vaksin bernilai US$ 2,1 miliar dengan perusahaan farmasi Sanofi dan GlaxoSmithKline.
Advertisement