Liputan6.com, Beirut - Berseri-seri dalam balutan gaun dan kerudung putih panjang, pengantin wanita Lebanon berusia 29 tahun, Israa Seblani yang sedang tersenyum dan berpose untuk video pernikahannya malah merasakan kejadian yang sangat menyeramkan. Saat itu, tiba-tiba saja ada ledakan di Beirut yang memekakkan telinga dan membuatnya hampir tidak bisa bergerak.Â
Rekaman dramatis itu menangkap momen ketika ledakan besar mengguncang Beirut, Ibu Kota Lebanon pada Selasa 4 Agustus, yang menewaskan 137 orang dan melukai lebih dari 5.000 lainnya.
Seblani, yang merupakan seorang dokter di Amerika Serikat, segera membantu memeriksa korban yang terluka di dekatnya, sebelum melarikan diri dari alun-alun Saifi pusat Beirut ke tempat yang aman.
Advertisement
Sehari kemudian, dia dan suaminya Ahmad Subeih (34), pengusaha di Beirut, berjuang untuk menerima apa yang terjadi. "Saya telah mempersiapkan hari besar saya selama dua minggu dan saya sangat bahagia seperti gadis lainnya. Orangtua saya juga akan senang melihat saya dengan gaun putih, saya akan terlihat seperti seorang putri," katanya seperti dikutip dari alarabiya.net, Jumat (7/8/2020)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini
Bersyukur Masih Hidup
Seblani mengatakan, dia sudah tiba di Beirut tiga pekan sebelumnya untuk mempersiapkan hari pernikahannya.
"Tidak ada kata-kata yang bisa saya ungkapkan tentang apa yang terjadi selama ledakan di sini. Saya terkejut, saya bertanya-tanya apa yang terjadi, apakah saya akan mati? Bagaimana saya akan mati?"
Di belakangnya, tumpukan kaca pecah dari jendela yang hancur di hotel tempat dia akan menginap berserakan ke tanah, bersama dengan sisa-sisa rangkaian bunga yang menghiasi meja perjamuan.
Subeih mengatakan, dia sangat mengingat kejadian setelah ledakan itu. Ledakan yang oleh para pejabat dipersalahkan atas tumpukan besar bahan peledak yang disimpan selama bertahun-tahun dalam kondisi yang tidak aman di pelabuhan.
"Kami pun melihat keadaan dan sangat menyedihkan, tidak bisa dijelaskan kerusakan dan suara ledakan," ujar Sibeih.
Subeih mengaku masih shock karena belum pernah mendengar sesuatu yang mirip dengan suara ledakan ini. "Saya merasa sangat sedih tentang apa yang terjadi pada orang-orang, tentang apa yang terjadi di Lebanon. Ketika saya bangun dan melihat kerusakan yang terjadi di Beirut, satu hal yang saya katakan adalah alhamdulillah kami masih hidup."
Advertisement
Lanjutkan Perayaan dengan Cara Unik
Setelah ledakan itu, Seblani dan suaminya mencoba menenangkan diri dan melanjutkan perayaan pernikahan mereka dengan cara unik.
"Suami saya menyuruh saya untuk tetap melanjutkan, kami tidak bisa berhenti. Saya baik-baik saja, mengapa tidak, kita lanjutkan. Tidak harus seperti yang saya bayangkan, hanya seperti saya berjalan, wajah saya tersenyum, bibir saya tersenyum, itu saja, tidak lebih. Lalu kami pergi makan malam."
Subeih pun ingat bagaimana pemandangan saat memasuki hotel yang rusak pada hari Rabu untuk mengambil barang-barang dan paspor. "Pemandangan di ruangan itu luar biasa,"Â ungkapnya.
Saat ini Subeih sedang menunggu visa ke Amerika Serikat agar ia bisa terbang bersama dengan istrinya. Seblani mengatakan, ia memang mencintai Lebanon, tetapi ia merasa bahwa setelah ledakan hari Selasa, tinggal di sana bukanlah pilihan. Dia masih mencoba menemukan kegembiraan dalam pernikahan yang dia persiapkan begitu lama.
"Ada banyak kerusakan, banyak orang tewas dan luka-luka. Tetapi jika saya melihat kami berdua dan fotografer kami, bagaimana kami bisa lolos tanpa cedera, saya merasa bersyukur kepada Tuhan karena melindungi kami."
Menurut Seblani, itulah yang membuat dirinya merasa optimistis untuk menjaga kegembiraan sama seperti saat ia datang ke Lebanon pertama kali untuk merayakannya.
Â
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul