Liputan6.com, Jakarta- Pihak berwenang Australia mengatakan bahwa wilayah utara di negara tersebut akan ditutup untuk pengunjung untuk selama 18 bulan lagi, dalam upaya mengantisiasi hotspot Virus Corona COVID-19.
Dikutip dari AFP, Rabu (12/8/2020), kebijakan tersebut juga dikeluarkan untuk melindungi populasi Aborigin yang besar dan rentan.
Baca Juga
Menurut angka pemerintah, wilayah utara yang jarang penduduknya merupakan rumah bagi sekitar 250.000 orang, di mana 30 persen di antaranya adalah Aborigin.
Advertisement
Menteri Wilayah Utara, Michael Gunner mengatakan kepada penyiar ABC, "Kami akan memiliki kendali perbatasan ketat setidaknya selama 18 bulan ke depan. Dan kami mengeluarkan sumber daya sehingga kami dapat melakukan itu."
Penduduk asli Australia dianggap lebih berisiko terhadap Corona COVID-19, karena pengaruh faktor sosial ekonomi dan budaya terhadap akses ke perawatan medis dan kesehatan.
Tak hanya itu, banyak kelompok Aborigin yang mengkhawatirkan Corona COVID-19 dapat menyebar melalui komunitas adat terpencil, di mana masih terbatasnya layanan perawatan kesehatan.
"Inilah yang menurut saya perlu saya lakukan untuk memastikan beberapa orang yang paling rentan di dunia tetap aman," jelas Gunner.
Saksikan Video Berikut Ini:
Penutupan di Negara Bagian Victoria dan Kota Sydney
Sejak awal pandemi, wilayah utara Australia hanya mencatat sedikit kasus dan tidak adanya kematian karena Virus Corona COVID-19.
Penutupan untuk saat ini, diberlakukan di negara bagian Victoria dan Kota Sydney, dan Menteri Michael Gunner mengatakan bahwa ia mengharapkan wilayah lain dapat dikecualikan.
Australia telah menutup perbatasan internasionalnya hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Negara tersebut telah mencatat hampir 22.000 kasus dan 332 kematian akibat Corona COVID-19.
Advertisement