Sukses

Suara Azan dan Lonceng Gereja Mengiringi Peringatan 7 Hari Ledakan Lebanon

Suara azan masjid dan lonceng gereja memperingati 1 minggu ledakan Beirut, Lebanon.

Liputan6.com, Beirut - Rakyat Lebanon memperingati ledakan Beirut yang terjadi seminggu lalu. Mengheningkan cipta dimulai pada pukul 18.07, waktu saat ledakan terjadi. 

Dilansir Bloomberg, Rabu (12/8/2020), suara azan dan lonceng gereja di pusat kota Beirut turut mengiringi suasana peringatan ledakan Lebanon. Acara peringatan itu dihadiri ratusan orang berpakaian putih yang datang ke pelabuhan Beirut. 

Beberapa orang datang membawa foto keluarga mereka yang menjadi korban jiwa. Ledakan Beirut merenggut sekitar 171 nyawa dan lebih dari 5.000 orang luka-luka. 

Acara peringatan itu juga berujung pada protes dengan melempar gedung parlemen dengan batu. Pasukan keamanan memakai peluru karet dan gas air mata untuk membubarkan massa. 

Roderick Sursock berdiri di dalam ruangan Istana Sursock yang rusak berat pascaledakan di Beirut, 7 Agustus 2020. Istana berusia 150 tahun itu telah bertahan dalam dua perang dunia, jatuhnya Kekaisaran Ottoman, mandat Prancis dan kemerdekaan Lebanon. (AP Photo/Felipe Dana)

Masyarakat marah karena pemerintah Lebanon yang disfungsional. Selain itu, 2.750 amonim nitrat yang meledak di Beirut juga ternyata hasil sitaan pemerintah pada 2014 lalu. 

Perdana Menteri Hassan Diab mengajukan pengunduran diri pada Senin kemarin. Para menteri pun juga ikut mundur. 

Parlemen Lebanon kini harus memutuskan siapa yang akan menjadi perdana menteri. 

Ada wacana agar PM Lebanon selanjutnya adalah Nawaf Salam yang berpengalaman di kancah internasional. Nawaf Salam sedang menjabat sebagai hakim di Mahkamah Internasional di Den Haag. 

Meski demikian, Nawaf Salam kemungkinan akan ditentang oleh Hizbullah, yang berpengaruh di Lebanon, sebab Nawaf dianggap terlalu dekat dengan PBB.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Pemerintahan Lebanon Bubar

Pemerintahan Lebanon bubar usai ledakan dahysat di Beirut berujung pada demonstrasi. Ia juga membubarkan pemerintahannya untuk memenuhi protes massa yang menuntut otoritas setempat bertanggung jawab atas ledakan yang menghancurkan Beirut.

Mantan PM Hassan Diab, lewat pidatonya, juga menyebut ledakan itu dan aksi kemarahan warga merupakan buah dari korupsi rezim terdahulu yang telah mendarah daging di Lebanon.

Ledakan yang disebabkan lebih dari 2.000 ton amonium nitrat di gudang pelabuhan pada 4 Agustus itu menyebabkan 163 orang tewas dan lebih dari 6.000 warga luka-luka, serta merusak sebagian besar bangunan di Beirut, Ibu Kota Negara Lebanon.

Insiden itu memperburuk krisis ekonomi dan politik yang telah terjadi selama berbulan-bulan di Lebanon. 

"Hari ini kami mengikuti kehendak masyarakat yang menuntut tanggung jawab otoritas terkait terhadap bencana ini, (mereka) yang memilih untuk bersembunyi selama tujuh tahun, (dan kami akan mengikuti) keinginan mereka yang menuntut perubahan," kata Diab saat mengumumkan pengunduran dirinya.

Presiden Lebanon Michel Aoun menerima pengunduran diri pemerintahan Diab. Namun ia meminta mereka untuk sementara ini menjadi pelaksana tugas sampai kabinet baru terbentuk, demikian isi pengumuman otoritas setempat sebagaimana disiarkan lewat televisi.

Pemerintahan Diab terbentuk pada Januari dan ia mendapat dukungan dari kelompok Hizbullah di Iran.