Sukses

Menkes Jerman Ragukan Efektivitas Vaksin Pertama di Dunia yang Diklaim Rusia

Efektifitas vaksin Virus Corona COVID-19 buatan Rusia diragukan sejumlah pihak.

Liputan6.com, Jakarta - Rusia mengklaim sebagai negara pertama dunia yang telah mendaftarkan vaksin Virus Corona COVID-19 dan siap diproduksi pada akhir Agustus 2020. Namun, efektivitas vaksin itu diragukan sejumlah pihak.

Salah satunya adalah Menteri Kesehatan Jerman Jens Spahn. Ia mengaku skeptis tentang Rusia menjadi negara pertama yang memberikan persetujuan regulasi untuk vaksin COVID-19.

Spahn menekankan pentingnya persetujuan regulasi yang merupakan kunci untuk memiliki produk vaksin yang aman dan teruji daripada sekadar status menjadi negara pertama produsen vaksin COVID-19.

Vaksin COVID-19 buatan Rusia bernama "Sputnik V" yang mengacu pada satelit pertama di dunia yang diluncurkan Uni Soviet, belum menyelesaikan uji coba terakhirnya. Namun, persetujuan regulasinya diberikan oleh pemerintah Rusia setelah kurang dari dua bulan uji klinis terhadap manusia.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini: 

2 dari 3 halaman

Bukan Tentang yang Pertama

"Ini bukan tentang entah bagaimana menjadi negara (produsen vaksin) yang pertama - ini tentang mendapatkan vaksin yang efektif, teruji dan karena itu aman untuk digunakan," kata Spahn kepada radio Deutschlandfunk, dikutip Rabu (12/8/2020).

"Untuk mendapatkan kepercayaan publik terhadap vaksin semacam itu, saya pikir sangat sangat penting, bahkan selama pandemi, untuk melakukan penelitian dengan benar, tes yang relevan dan terutama untuk mempublikasikan hasilnya. Masalahnya adalah kita hanya tahu sedikit tentang proses vaksin itu karena otoritas Rusia tidak terlalu transparan," ujar Spahn.

3 dari 3 halaman

Menkes AS Sebut Rusia Tak Transparan

Menteri Kesehatan Amerika Serikat (AS) Alex Azar juga menanggapi pernyataan Rusia soal persetujuan atas vaksin COVID-19 yang dibuat negara itu, dengan menyebut bahwa penyediaan vaksin bukan tentang siapa yang tercepat.

"Ini bukanlah perlombaan menjadi yang pertama," ujar Azar.

"Ini adalah tentang menggunakan segenap kemampuan pemerintah AS, perusahaan, dan industri biofarmasi agar secepat mungkin kami dapat menyediakan vaksin untuk masyarakat AS, juga masyarakat dunia," imbuhnya.

Azar mengatakan, dua vaksin buatan AS telah memasuki fase III, yakni uji coba klinis, sejak beberapa pekan lalu--yang mana Rusia baru memulainya sekarang.

Ia juga menuduh Rusia menutup-nutupi informasi pengujian vaksin, dengan menyebut, "data dari uji coba tahap awal belum dibuka ke publik, sehingga tidak transparan."

Meskipun menolak gagasan mengenai adu cepat penyediaan vaksin, AS mengatakan, pengembangan vaksin miliknya berjalan amat cepat dan belum pernah terjadi sebelumnya bahwa uji coba fase I ke fase III dilakukan dalam jangka waktu sekitar lima bulan.

"Kami yakin bahwa (tim pengembang vaksin AS) sangat kredibel, dan kami akan mempunyai puluhan juta dosis vaksin terstandar pada akhir tahun ini, serta ratusan juta dosis lainnya pada awal tahun depan," Azar memungkasi.