Liputan6.com, Teheran - Iran dilaporkan memberedel sebuah kantor surat kabar pada Senin 10 Agustus 2020. Dengan alasan menerbitkan laporan terkait pernyataan seorang pakar yang mengatakan jumlah pasien dan kematian akibat Virus Corona COVID-19 di negara itu hanya 5 persen dari angka sesungguhnya.
Kendati demikian, Kementerian Kesehatan Iran telah menyangkal laporan itu.
Mengutip VOA Indonesia, Kamis (13/8/2020), Mohammad Reza Sadi, pemimpin redaksi Jahane Sanat mengatakan, pejabat kantor berita resmi IRNA menutup surat kabar pimpinannya. Surat kabar itu mulai terbit pada 2004 dan umumnya memusatkan perhatian pada berita-berita tentang bisnis.
Advertisement
Surat kabar itu pada Minggu 9 Agustus 2020 menerbitkan laporan yang mengutip pernyataan Mohammad Reza Mahboobfar, pakar epidemiologis yang menurut surat kabar itu telah bekerja untuk kampanye anti-Virus Corona COVID-19. Mahboobfar mengatakan jumlah pasien dan kematian sesungguhnya di Iran bisa 20 kali lebih besar dibanding yang dilaporkan Kementerian Kesehatan.
Ia juga mengatakan virus itu telah terdeteksi di Iran satu bulan lebih awal sebelum pihak berwenang mengumumkan kasus virus pertama pada 19 Februari. Ditambahkannya, pemerintah menunda untuk tidak mengumumkan kasus itu hingga peringatan Revolusi Islam Iran 1979 dan pemilu parlemen awal tahun ini.
"Pemerintah Iran merahasiakan hal ini karena alasan politik dan keamanan," ujarnya, dan hanya memberikan "angka statistik yang direkayasa."
Mahboobfar juga mengkritisi upaya pengujian dan memperingatkan potensi munculnya wabah baru bulan depan ketika kampus-kampus melangsungkan ujian masuk perguruan tinggi dan warga Iran merayakan hari libur Syiah.
Saksikan Video Berikut Ini:
Iran Menyangkal Kata Pakar
Juru bicara Kementerian Kesehatan Iran, Sima Sadat Lari menyangkal tuduhan itu dan mengatakan Mahboobfar tidak punya peran apapun dalam kampanye anti-Virus Corona COVID-19 pemerintah.
IRNA mengutipnya sebagai mengatakan kementerian itu telah menyampaikan angka kasus Virus Corona COVID-19 dengan cara yang “transparan.” “Kementerian Kesehatan bukan badan politik dan kesehatan warga merupakan prioritas utama,” tegasnya.
Kementerian Kesehatan Iran telah melaporkan hampir 330 ribu kasus Virus Corona COVID-19 di negara itu, termasuk 18.616 kematian. Sementara dalam 24 jam terakhir ini 189 orang meninggal karena virus tersebut.
Pihak berwenang di Iran dikecam keras sejak pandemi ini bermula karena keengganan mereka memberlakukan pembatasan. Iran merupakan negara di Timur Tengah dengan jumlah kasus Virus Corona COVID-19 tertinggi.
Advertisement