Liputan6.com, New York City - Asosiasi kepolisian New York City menyatakan dukungan kepada Presiden Donald Trump di pilpres Amerika Serikat 2020. Dukungan ini dberikan di tengah meroketnya kejahatan di New York City.
Dukungan ini diberikan oleh New York City Police Benevolent Association (PBA). Pemimpin asosiasi berkata kepimpinan kuat Trump dibutuhkan di AS.
Advertisement
Baca Juga
"Saya tidak ingat kapan kita pernah memberi dukungan kepada presiden Amerika Serikat sampai sekarang. Itu menunjukan bagaimana pentingnya hal ini," ujar presiden PBA, Pat Lynch, seperti dilaporkan New York Post, Minggu (16/8/2020).
"Kami butuh suara kuat Anda di seluruh negeri," Lynch menambahkan.
Berdasarkan informsi dari situs resminya, PBA mewakilli hampir 24 ribu anggota departemen kepolisian New York atau New York Police Departement (NYPD). Asosiasi ini berdiri pada 1892.
Selama ini Donald Trump selalu mengambil posisi pro-polisi, termasuk ketika demonstrasi Black Lives Matter berlangsung pada Juni lalu. Berbagai kritikus menyerang polisi yang dianggap brutal dan meminta agar anggaran polisi dipangkas (defunding).
Presiden Donald Trump menyampaikan rasa terima kasihnya pada PBA melalui Twitter. Ia berkata telah kagum pada polisi di New York sejak lama.
Donald Trump lahir di New York dan bekerja di daerah itu ketika masih memimpin Trump Organization.
Keputusan asosiasi Polisi New York City itu mendapat kritikan dari anggota DPR Alexandria Ocasio-Cortez. Ia melihat masalah dari petugas bersenjata yang condong ke kandidat tertentu.
"Apakah orang lain melihat potensi masalah dengan serikat polisi -- penegak bersenjata negara bagian yang membawa senjata mematikan -- mempromosikan kandidat yang 'disukai' agar bisa menjabat, atau hanya saya saja?" tanya Alexandria Ocasio-Cortez yang meminta agar anggaran polisi dipangkas sebanyak USD 1 miliar (Rp 14,9 triliun).
Â
*(USD 1 = Rp 14.920)
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Prediksinya Akurat Sejak 1984, Profesor Ini Yakin Donald Trump Kalah Pilpres AS 2020
Profesor sejarah Allan Lichtman memprediksi bahwa Donald Trump akan kalah di pilpres Amerika Serikat pada November mendatang. Prediksi Lichtman selalu tepat sejak 1984.
Dilaporkan CNN, Selasa 11 Agustus 2020, Allan Lichtman metode sistem "13 kunci" yang menimbang faktor seperti ekonomi, keadaan sosial, skandal, hingga kharisma pribadi.
Pada 2016, Lichtman memprediksi Donald Trump menang pilpres, meski saat itu berbagai polling menyebut Hillary Clinton akan menang pilpres AS.
"Rahasianya adalah tetap membuka mata terhadap gambaran besar pada kekuatan dan performa petahana. Dan jangan perhatikan polling, pundit (pakar), dan naik-turunnya kampanye tiap harinya. Dan itulah kuncinya. Gambaran besar," ujar Lichtman.
Pertama kali prediksi pilpres Allan Lichtman benar adalah ketika Presiden Ronald Reagan terpilih. Namun, prediksinya sempat "meleset" pada pilpres 2000.
Saat itu, Allan Lichtman menyebut Al Gore akan menang. Al Gore hanya menang voting populer, tetapi kalah pada voting electoral college.
Di AS, pemenang pilpres ditentukan oleh electoral college yang merupakan perwakilan tiap negara bagian. Perwakilan electoral college dari negara bagian ditentukan oleh siapa capres yang mendapat suara terpopuler.
Allan Lichtman pun optimistis sistem prediksi pilpres AS yang ia pakai tetap bisa efektif di tengah pandemi COVID-19.
Advertisement