Liputan6.com, Jakarta - Arab Saudi telah menunjuk 10 perempuan dalam peran jabatan tinggi di Badan Kepresidenan Umum Bidang Urusan Dua Masjid Suci, yakni Masjidil Haram dan Masjid Nabawi.
Penunjukkan jabatan itu diumumkan pihak berwenang Arab Saudi pada 16 Agustus, di tengah upaya untuk meningkatkan pekerja perempuan, seperti dikutip dari AFP, Senin (17/8/2020).
Mulanya, penunjukkan pada perempuan dalam posisi senior di lembaga keagamaan jarang terjadi di Arab Saudi. Tetapi saat ini, negara tersebut sedang mengupayakan liberalisasi secara luas, yang dipelopori Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Advertisement
Menurut pernyataan yang dikeluarkan pimpinan umum untuk urusan dua masjid suci Arab Saudi, Sheikh Dr Abdulrahman Al-Sudais, para perempuan tersebut direkrut di dua masjid suci yang berada di Makkah dan Madinah di berbagai departemen, termasuk administrasi dan teknis.
Pernyataan tersebut juga menyebutkan, bahwa perekrutan itu dilakukan untuk "Memberdayakan perempuan di Arab Saudi dengan kualifikasi dan kemampuan tinggi".
Sebelumnya, pada 2018, kedua masjid besar itu telah merekrut 41 perempuan dalam posisi tinggi lainnya pada 2018, menurut laporan media setempat.
Saksikan Video Berikut Ini:
Diversifikasi Ekonomi
Sebagai bagian dalam rencana "Visi 2030", Pangeran Mohammed bin Salman berupaya meningkatkan lapangan kerja bagi perempuan, yang bertujuan untuk mendiversifikasi ekonomi kerajaan dan mengakhiri ketergantungan pada minyak.
Di Arab Saudi, jumlah pekerja perempuan bahkan telah mencapai sebanyak 1,03 juta pada kuartal ketiga di tahun 2019, yaitu 35 persen dari total angkatan kerja.
Sementara pada 2015, jumlah pekerja perempuan di negara tersebut ada sebanyak 816.000 orang, menurut angka resmi.
Dalam bentuk reformasi lain, para perempuan di Arab Saudi kini telah diizinkan untuk mengendarai mobil, bioskop telah dibuka kembali.
Selain itu, pria maupun perempuan juga diizinkan untuk berbaur di acara-acara seperti konser dan di tempat umum. Namun, reformasi itu juga mendapati ragam respon termasuk tindakan keras terhadap perbedaan pendapat.
Arab Saudi telah menahan dan mengadili belasan aktivis perempuan yang telah lama berkampanye untuk mendapatkan hak mengemudi kendaraan. Hal tersebut pun memicu banyak kecaman.
Advertisement