Liputan6.com, Munich: Sisa bom peninggalan Perang Dunia II yang ditemukan di Munich, Jerman, bisa menyebabkkan ledakan kuat dan membahayakan warga. Karenanya pakar bom terpaksa meledakan bom seberat 250 kilogram itu sebelum meledak.
Media RT-News mewartakan, Kamis (30/8), pihak berwenang melakukan ledakan terkontrol. Untuk mencegah kerusakan lebih besar, sebanyak 30 mobil pemadam kebakaran dan 200 petugas pemadam kebakaran juga diturunkan di lokasi.
Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan, ledakan itu masih menyebabkan kerusakan luas, jendela hancur, pintu rusak dan bangunan habis terbakar. "Hampir semua kaca jendela di sekitar wilayah itu hancur, tapi untungnya tidak ada warga yang terluka," kata Diethard Posorski, kepala tim yang melakukan misi tersebut.
Bahkan, ledakan itu bisa terdengar di seluruh kota yang dihuni 1,4 juta warga. Ribuan warga Munich dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka sebelum bom tersebut diledakan.
Beberapa jam setelah ledakan itu, sekitar 3.000 warga diizinkan untuk kembali ke rumah mereka. Namun, beberapa warga masih harus menunggu setelah polisi memeriksa keamanan akibat dampak ledakan itu.(IAN)
Media RT-News mewartakan, Kamis (30/8), pihak berwenang melakukan ledakan terkontrol. Untuk mencegah kerusakan lebih besar, sebanyak 30 mobil pemadam kebakaran dan 200 petugas pemadam kebakaran juga diturunkan di lokasi.
Meskipun tindakan pencegahan sudah dilakukan, ledakan itu masih menyebabkan kerusakan luas, jendela hancur, pintu rusak dan bangunan habis terbakar. "Hampir semua kaca jendela di sekitar wilayah itu hancur, tapi untungnya tidak ada warga yang terluka," kata Diethard Posorski, kepala tim yang melakukan misi tersebut.
Bahkan, ledakan itu bisa terdengar di seluruh kota yang dihuni 1,4 juta warga. Ribuan warga Munich dipaksa untuk meninggalkan rumah mereka sebelum bom tersebut diledakan.
Beberapa jam setelah ledakan itu, sekitar 3.000 warga diizinkan untuk kembali ke rumah mereka. Namun, beberapa warga masih harus menunggu setelah polisi memeriksa keamanan akibat dampak ledakan itu.(IAN)