Liputan6.com, Minsk - Para pendukung oposisi di Belarusia berunjuk rasa di ibu kota Minsk, tepat dua pekan setelah pemilihan yang disengketakan memenangkan kembali Presiden Alexander Lukashenko.
Koresponden di kota itu mengatakan, puluhan ribu orang telah memenuhi pusat kota meskipun penjagaan oleh polisi juga dilakukan dengan ketat.
Mengutip laman BBC, Senin (24/8/2020), para pengunjuk rasa mengatakan Lukashenko telah melakukan kecurangan dalam pemilu dan ingin dia mundur.
Advertisement
Presiden telah berjanji untuk membubarkan kerusuhan dan menyalahkan perbedaan pendapat pada "revolusioner yang didukung asing" yang tidak disebutkan namanya.
Dalam aksi protes tersebut, banyak yang membawa bendera merah dan putih oposisi sambil meneriakkan "kebebasan" dan slogan anti-pemerintah.
Media pro-oposisi mengatakan 100.000 orang ikut ambil bagian dalam aksi tersebut.
Setelah berkumpul di alun-alun, beberapa pengunjuk rasa bergerak menuju tugu perang "Kota Pahlawan" dan istana presiden. Namun, mereka dihentikan oleh sejumlah petugas keamanan sebelum akhirnya membubarkan diri.
Televisi pemerintah merilis video yang menunjukkan Lukashenko tiba di istana presiden dengan helikopter, mengenakan jaket antipeluru dan membawa senjata otomatis.
Demonstrasi serupa diadakan di kota-kota Belarusia lainnya. Sementara itu di Lituania, ribuan orang - termasuk Presiden Gitanas Nausėda - membentuk rantai yang terdiri dari peserta unjuk rasa dari ibu kota Vilnius ke perbatasan Belarusia sebagai solidaritas dengan mereka yang melakukan protes di Minsk.
Lebih banyak gerakan serupa direncanakan di ibu kota Estonia Tallinn dan di Praha di Republik Ceko.
Unjuk rasa akhir pekan ini di Minsk mengikuti protes terbesar negara itu dalam sejarah modern Minggu lalu, ketika ratusan ribu orang memenuhi jalan-jalan. Aksi mogok di pabrik-pabrik utama di seluruh Belarusia juga terus menekan presiden.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Tuduh Adanya Kecurangan
Protes baru-baru ini ditanggapi dengan tindakan keras yang menewaskan sedikitnya empat orang. Para pengunjuk rasa mengatakan mereka telah disiksa di penjara.
Aksi protes ini dipicu oleh menangnya Lukashenko dalam pemilu, bahkan ketika ia telah memerintah Belarusia selama 26 tahun. Menurut hasil pemilu, ia telah memenangkan lebih dari 80% suara dalam pemilihan 9 Agustus dan pemimpin oposisi Svetlana Tikhanovskaya hanya mendapat 10% suara.
Dalam pemilu tersebut, tak ada pengamat independen dan oposisi menuduh adanya kecurangan besar-besaran.
Tikhanovskaya, yang terpaksa mengungsi ke negara tetangga Lithuania sehari setelah pemilu, berjanji untuk "berdiri sampai akhir" dalam protes tersebut.
Advertisement
Respons Lukashenko
Presiden berusia 65 tahun itu menegaskan dia memenangkan pemilihan secara adil dan memutuskan untuk mengadakan pemilihan lagi. Pada hari Sabtu, ia menuduh NATO "mencoba menggulingkan pihak berwenang" dan melantik presiden baru di Minsk.
Dia mengatakan dia sedang memindahkan pasukan ke perbatasan barat negara itu untuk melawan peningkatan NATO di Polandia dan Lituania, dan berjanji untuk "mempertahankan integritas teritorial negara kami".
NATO pun menanggapinya dengan mengatakan itu "tidak menimbulkan ancaman bagi Belarus atau negara lain" , dan "tidak ada pembangunan militer di wilayah tersebut".
"Rezim berusaha untuk mengalihkan perhatian dari masalah internal Belarus dengan cara apapun dengan pernyataan yang sama sekali tidak berdasar tentang ancaman eksternal imajiner," kata Presiden Lithuania Gitanas Nauseda.
Lukashenko juga menuduh dewan oposisi yang dibentuk oleh Tikhanovskaya untuk mengatur transisi damai, mencoba merebut kekuasaan.