Liputan6.com, Jakarta- Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo telah tiba di Israel, pada Senin (24/8/2020). Kunjungannya tersebut juga merupakan pemberhentian pertamanya di Timur Tengah.
Kunjungan itu, juga berperan sebagai bagian dari usaha pemerintahan Presiden AS Donald Trump dalam mewujudkan perdamaian Arab-Israel.
Dikutip dari VOA Indonesia, agenda pertama Pompeo adalah menghadiri pertemuan di Yerusalem dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan membahas kesepakatan yang baru-baru ini diumumkan antara Israel dan Uni Emirat Arab (UEA), yang dimediasi Washington, untuk membangun hubungan diplomatik.
Advertisement
Selain itu keduanya diperkirakan juga akan membahas Iran dan China.
Dalam usahanya untuk terpilih kembali, kesepakatan tersebut merupakan kemenangan kebijakan luar negeri penting bagi Donald Trump.
Tak hanya itu, Kesepakatan tersebut juga mencerminkan adanya perubahan di Timur Tengah di mana sentimen anti-Iran mengikis dukungan negara-negara Arab bagi Palestina.
Dalam kunjungan kali ini, selain bertemu dengan PM Isreal, Menlu Pompeo juga akan menghadiri pertemuan dengan Benny Gantz, yang merupakan mitra Netanyahu di pemerintahan yang kini menjabat sebagai menteri pertahanan- - dan Menteri Luar Negeri Gabi Ashkenazi.
Saksikan Video Berikut Ini:
Kesepakatan Hubungan Diplomatik UEA-Israel
AS, Israel, dan UEA sudah mengumumkan pada Agustus 2020 terkait kesepakatan untuk membangun hubungan diplomatik penuh.
Dalam kesepakatan itu, Israel juga dituntut untuk membekukan rencana aneksasinya terhadap beberapa bagian dari Tepi Barat yang diinginkan rakyat Palestina sebagai bagian dari negara masa depannya.
Namun, Palestina mengecam kesepakatan itu. Menurut Presiden Palestina Mahmoud Abbas, rencana Timur Tengah yang diprakarsai Trump lebih menguntungkan Israel.
Selain Presiden Palestina, Khalil al-Hayya, yang merupakan seorang pejabat tinggi Hamas, juga mengecam keras kesepakatan Israel-UEA.
"Normalisasi dengan pihak yang menduduki wilayah kami membahayakan dan merugikan kami," ujarnya. Khalil al-Hayya juga menyatakan, "Normalisasi malah mendukung pendudukan Israel atas wilayah Palestina."
Advertisement