Sukses

Tanggapan WHO Terkait Pria di Hong Kong Kembali Terpapar Corona COVID-19

Sejumlah ilmuwan Universitas Hong Kong, mengumumkan jenis virus yang menginfeksi pria itu berbeda dengan virus yang menginfeksinya lebih dari empat bulan lalu.

Liputan6.com, Jakarta - WHO menanggapi terkait pria asal Hong Kong. Beberapa pejabat Badan Kesehatan Dunia (WHO) meremehkan laporan bahwa seorang laki-laki di Hong Kong kembali terjangkit Corona COVID-19, setelah sembuh dari virus itu, dengan menyatakan sangat kecil kemungkinan hal itu terjadi.

Dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (27/8/2020) sejumlah ilmuwan Universitas Hong Kong, mengumumkan jenis virus yang menginfeksi pria itu berbeda dengan virus yang menginfeksinya lebih dari empat bulan lalu.

Berbicara kepada wartawan, dari Jenewa, juru bicara WHO Dr. Margaret Harris mengatakan pentingnya kasus itu didokumentasi dan dikonfirmasi.

Laporan sebelumnya terkait infeksi ulang itu kemungkinan hanya disebabkan perbedaan dalam pengetesan.

Harris mencatat ini adalah kasus infeksi ulang Corona COVID pertama yang dikonfirmasi dari lebih dari 23 juta infeksi, dan jika itu lebih sering terjadi, mestinya lebih banyak infeksi ulang yang terjadi.

Ia menjelaskan kasus ini signifikan, karena berkaitan dengan kekebalan tubuh terhadap virus tersebut.

"Inilah sebabnyakami punya banyak kelompok penelitian yang benar-benar melacak orang-orang terinfeksi, mengukur antibodi, mencoba memahami berapa lama perlindungan kekebalan itu dapat bertahan.”

Harris menambahkan masyarakat harus memahami perlindungan kekebalan tubuh secara alami yang dibangun setelah seseorang terinfeksi virus tidak sama dengan perlindungan kekebalan yang diperoleh dari vaksin.

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Tanggapan Ahli Lainnya

Ahli epidemiologi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Maria Van Kerkhove mengatakan pada hari Senin kemarin bahwa tidak perlu mengambil kesimpulan apa pun dalam menanggapi kasus Hong Kong.

Kasus orang yang keluar dari rumah sakit dan dites positif lagi untuk infeksi Corona COVID-19 telah dilaporkan di China daratan.

Namun, dalam kasus tersebut, tidak jelas apakah mereka tertular virus lagi setelah sembuh total -- seperti yang terjadi pada pasien Hong Kong -- atau masih memiliki virus di tubuh mereka dari infeksi awal.

Jumlah awal pasien di China yang dites positif lagi setelah keluar dari rumah sakit adalah 5-15 persen, kata Wang Guiqiang, spesialis penyakit menular di kelompok ahli China untuk pengobatan COVID-19, selama konferensi pers pada Mei.

Salah satu penjelasannya adalah virus masih ada di paru-paru pasien tetapi tidak terdeteksi pada sampel yang diambil dari bagian atas saluran pernapasan, katanya.

Penyebab lain yang mungkin adalah sensitivitas tes yang rendah dan kekebalan yang lemah yang dapat menyebabkan hasil positif yang persisten, tambahnya.

Jeffrey Barrett, seorang ahli dan konsultan di Proyek Genom COVID-19 di Institut Wellcome Sanger Inggris, mengatakan dalam komentar email bahwa sangat sulit untuk membuat kesimpulan yang kuat dari satu pengamatan.

"Mengingat jumlah infeksi global hingga saat ini, melihat satu kasus infeksi ulang tidaklah mengherankan meskipun itu kejadian yang sangat jarang," katanya.