Liputan6.com, Pyongyang - Korea Utara berada dalam kondisi siaga tinggi saat Topan Bavi menghantam wilayah negaranya pada Kamis pagi waktu setempat. Hal ini menyebabkan hujan lebat dan menumbangkan pohon setelah melewati pantai Korea Selatan semalaman, merusak rumah dan bangunan lainnya, membanjiri jalan dan longsor.
Sejauh ini, pihak berwenang belum melaporkan korban saat badai melewati ibu kota Korea Utara itu, demikian dikutip dari laman The Sydney Morning Herald, Jumat (28/8/2020).
Bavi memiliki kecepatan angin maksimum 115 km/jam dan lewat di dekat Pyongyang setelah mendarat di wilayah pesisir barat Korea Utara yang merupakan sumber utama pertanian dan perikanan, kata badan cuaca Korea Selatan.
Advertisement
Baca Juga
Topan itu diperkirakan akan melemah menjadi badai tropis dalam 12 jam ke depan setelah kejadian.
TV Sentral Korea Utara menayangkan rekaman pohon yang patah dan tiang listrik bergoyang serta jalanan yang banjir.
Dilaporkan juga kerusakan pada rumah dan fasilitas umum di Provinsi Hwanghae Utara dan Hwanghae Selatan, tempat topan melanda. Jalanan di sana juga tergenang air tepatnya di Kota Nampo, yang lebih dekat dengan Pyongyang.
Badan Meteorologi Korea memperingatkan angin kencang terus berlanjut di Seoul dan wilayah kawasan tengah.
Listrik padam di 1.633 rumah Korea Selatan, sekitar setengahnya di pulau resor selatan Jeju, yang merupakan bagian pertama yang dilanda topan pada hari Rabu kemarin.
Lebih dari 430 penerbangan domestik masuk dan keluar dari Jeju dan Kota Busan dibatalkan. Otoritas Korea Selatan juga menghentikan beberapa layanan kereta api, menutup taman umum dan jembatan laut, serta memindahkan ratusan kapal penangkap ikan dan kapal penumpang ke tempat aman.
Pekerja di Seoul dan kota-kota besar lainnya sedang memulihkan stasiun pengujian Virus Corona COVID-19 yang telah dibongkar karena khawatir tenda dan bilik tidak akan tahan terhadap angin kencang.
Simak video pilihan berikut:
Respons Kim Jong-un
Pemimpin Kim Jong-un telah mengeluarkan peringatan untuk mencegah kerusakan tanaman dan korban jiwa saat negara terjadi di tengah-tengah pandemi Virus Corona COVID-19.
Martyn Williams dari 38 North, sebuah situs web yang memantau Korea Utara, mengatakan luar biasa bahwa TV Korea Utara secara rutin melaporkan update badai.
"Saya percaya (ini) pertama kalinya," kata Williams di Twitter.
"Itu adalah tanda ketakutan yang jelas akan kehilangan nyawa dan kehancuran."
Badan Meteorologi Korea Selatan mengatakan topan itu menghantam sekitar 50 km barat daya ibu kota Korea Utara, Pyongyang pada Kamis pagi.
KCTV menunjukkan naiknya Sungai Taedong di Pyongyang, setelah rekaman video tentang para petani yang bekerja di sawah.
Hujan deras ini menimbulkan kekhawatiran tentang persediaan makanan di negara yang terisolasi itu, setelah menggenangi ratusan rumah dan membanjiri lahan pertanian padi yang luas.
Advertisement