Liputan6.com, Pulau Andaman - Sebuah kelompok kampanye yang berbasis di London yang membantu mengekspos suku terpencil di Kepulauan Andaman pada tahun 2012, pada hari Kamis melaporkan bahwa setidaknya lima orang di Great Andamanese tribe atau suku Andaman Besar dinyatakan positif COVID-19.
Organisasi HAM Survival International mengatakan timbulnya kekhawatiran tentang keselamatan suku-suku lain di pulau itu, termasuk Jarawa dan Suku Sentinel yang tidak terakse. Awal bulan ini, dilaporkan bahwa lima staf yang bekerja dengan suku Jarawa dinyatakan positif COVID-19.
Baca Juga
Mereka menambahkan bahwa kelompok Survival yang memasuki wilayah tersebut diduga berisiko membawa virus, diikuti dengan laopran bahwa pekan lalu delapan nelayan dilaporkan ditangkap karena memasuki wilayah Jarawa secara ilegal.
Advertisement
Sophie Grig, peneliti senior kelompok tersebut, mengatakan: “Sangat mengkhawatirkan bahwa anggota suku Andaman Besar dinyatakan positif COVID-19. Mereka sangat sadar akan dampak epidemi yang telah menghancurkan rakyat mereka ”.
“Pihak berwenang Andaman harus bertindak segera untuk mencegah virus menginfeksi lebih banyak masyarakat Andaman Besar dan untuk mencegah penyebaran di suku-suku lain. Perairan di sekitar Sentinel Utara harus dijaga dengan baik dan tidak boleh ada orang luar yang memasuki wilayah suku Andaman tanpa persetujuan mereka," tambahnya, sepertit dilansir hindustantimes.com, Jumat (28/8/2020).
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Akan Sangat Rentan Terinfeksi Virus
Organisasi HAM Survival International itu mengatakan bahwa orang Andaman Besar adalah kelompok kecil yang hanya terdiri lebih dari 50 orang yang selamat, semenjak penjajah Inggris yang menghabiskan 5.000 jiwa pada tahun 1850-an. Mereka menderita dampak penyakit jangka panjang yang disebabkan oleh penjajahan brutal tersebut, seperti tuberkulosis dan ketergantungan alkohol yang membuat mereka diperkirakan sangat rentan terhadap COVID-19.
"Suku Jarawa adalah suku pemburu-pengumpul nomaden, yang hanya memiliki relasi dengan pemukim yang bertetangga di wilayah tersebut sejak tahun 1998. Karena isolasi mereka dari epidemi campak, mereka juga kemungkinan besar berisiko terinfeksi virus," kata kelompok itu.
Diinformasikan bahwa Suku Sentinel yang tidak terkontaminasi, yang merupakan suku paling terasing di dunia, juga akan sangat rentan terhadap penyakit dari luar dan terkena infeksi yang bahkan lebih berbahaya selama pandemi.
"Tanpa pengawasan yang tepat di sekitar pulau, mereka akan berisiko bersentuhan dengan pemburu ilegal yang menangkap ikan dan menyelam untuk mencari lobster," kata kelompok tersebut mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang kemungkinan penyebaran penyakit tersebut kepada suku yang dilindungi.
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul
Advertisement