Sukses

Analis: Kasus Rasisme Bisa Untungkan Donald Trump pada Pilpres AS 2020

Masalah rasisme yang terjadi di pemerintahan Presiden Donald Trump diperkirakan akan tertutup isu ekonomi.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Demonstrasi Black Lives Matter mencuat pada 2020 karena penembakan polisi terhadap warga kulit hitam. Isu rasisme jelang Pilpres AS 2020 ini diduga ditunggangi Partai Demokrat untuk menjegal Donald Trump agar tak terpilih lagi sebagai presiden. 

Lantas seberapa kuat isu rasisme dalam pilpres AS? Menurut pemerhati politik Amerika Serikat Didin Nasirudin, isu rasisme belum tentu bisa menjauhkan Donald Trump dari kekuasaan. Belum lagi demontrasi Black Lives Matter bisa membuat pemilih jadi antipati. 

Hal itu justru bisa menguntungkan Donald Trump, sebab salah satu kunci kemenangan pilpres AS adalah pemilih moderat yang tidak condong ke Partai Demokrat atau Partai Republik. 

"Kalau misalnya demo itu semakin tidak terkontrol, artinya semakin radikal, akhirnya kelompok moderat jadi antipati," jelas Didin kepada Liputan6.com, Jumat (28/8/2020).

Selama ini, Donald Trump berpihak pada polisi lewat narasi "law and order" ketika ada demonstrasi beberapa bulan terakhir. Donald Trump juga mendapat dukungan politik dari asosiasi polisi di New York.

Namun, Didin menilai isu terkuat saat ini adalah ekonomi dan COVID-19. Jika Donald Trump berhasil dalam dua aspek itu, maka peluang ia terpilih semakin kuat. 

Ukuran yang dipakai Didin adalah Misery Index (Indeks Kesengsaraan) di Amerika Serikat. Indeks itu mengukur tingkat inflasi dan pengangguran. Jika indeks itu melewati angka 9 persen, maka presiden akan kesulitan terpilih. 

Itu sempat terjadi pada periode Presiden Jimmy Carter ketika Misery Index di pemerintahannya jebol hingga 16 persen. Skor indeks Trump saat ini sudah diatas 9 persen dalam tiga bulan terakhir. 

"Semakin kecil Misery Index pada tahun pemilihan semakin besar peluang capres petahana untuk terpilih kembali. Misery Index AS periode Januari - Maret 2020 rata2 sekitar 6 persen; pada April - Juli rata-rata sekitar 13,5 persen," ujar Didin.

Pilpres AS adalah pada November mendatang, sehingga Presiden Trump masih punya kesempatan memperbaiki Misery Index miliknya. Jika vaksin COVID-19 berhasil dan pengangguran menurun, maka hal itu bisa membawa dampak positif ke kampanye Donald Trump.

Saat ini, total kematian COVID-19 di AS sudah mencapai 180 ribu orang. Bulan lalu, tingkat pengangguran terpantau turun hingga 10,2 persen, namun masihi lebih tinggi ketimbang sebelum pandemi.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kosmetik di Konvensi Partai Republik

Pekan ini, Partai Republik baru saja menyelesaikan konvensi partai. Dalam acara itu, banyak tamu-tamu spesial yang hadir dari kalangan minoritas. 

Ada Chen Guancheng, aktivis China yang menjadi buronan Partai Komunis China. Hadir pula Kim Klacik, politisi wanita kulit hitam yang sedang naik daun, serta Alice Johnson, mantan narapidana yang dibebaskan oleh Donald Trump. 

Kehadiran perwakilan minoritas ini menurut Didin tidak akan berdampak banyak pada pemilih. Ia juga menilai kehadiran mereka sebagai untuk penampilan saja. 

"Itu kan semuanya kosmetik karena orang pada akhirnya maraskan apa yang terjadi selama 3,5 tahun terakhir," jelas Didin.

"Jadi apakah rasisme yang berlaku 3,5 tahun akan tehrapus dengan munculnya sikap simpati dalam semalam?"

Ia lantas kembali menegaskan bahwa isu terbesar tetap kembali ke isu ekonomi, serta partisipasi pemilih. Didin menyayangkan jika demonstrasi ramai tetapi partisipasi saat tanggal pemilihan malah lesu. Bahkan, kesuruhan yang terjadi bisa merugikan Donald Trump dan merugikan Joe Biden.

"Jadi kalau kerusuhan rasial berlangsung berlarut-larut, Donald Trump akan diuntungkan," pungkas Didin.