Liputan6.com, Paris - Presiden Prancis Emmanuel Macron telah meminta Lebanon untuk segera membentuk pemerintahan baru, menyusul telah terpilihnya perdana menteri baru. Dia adalah mantan duta besar Lebanon untuk Jerman, Mustapha Adib.
Melansir laman BBC, Selasa (1/9/2020), Adib telah mengambil peran baru sebagai Perdana Menteri Lebanon dengan dukungan dari sebagian besar anggota parlemen.
Advertisement
Pejabat senior Lebanon mengatakan, mediasi Macron sangat penting dalam mencapai konsensus tentang pengangkatan tersebut.
Pemerintah sebelumnya telah mengundurkan diri setelah ledakan dahsyat di ibu kota, Beirut, pada 4 Agustus. Sebanyak 200 orang tewas akibat ledakan tersebut, yang disebabkan amonium nitrat yang disimpan secara tidak aman di pelabuhan kota.
Macron tiba di Beirut pada Senin 31 Agustus untuk kunjungan keduanya sejak ledakan mematikan itu terjadi. Selama berada di sana, dia diharapkan dapat mendorong politikus Lebanon untuk mengatasi korupsi dan pemborosan keuangan.
Macron mengatakan, pemerintahan baru harus dibentuk "secepat mungkin", di sisi lain hal tersebut juga merupakan sesuatu yang telah dijanjikan oleh Adib.
Namun selama kunjungannya, Macron disambut pengunjuk rasa yang meneriakkan "tidak ada Adib" - sebuah tanda pengangkatan Adib dipandang beberapa orang sebagai kelanjutan dari status quo negara.
Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:
Gejolak Politik Lebanon
Demonstran telah menggelar aksi massa di seluruh Lebanon sejak Oktober, sambil menyerukan adanya perombakan total sistem politik.
Kekuasaan sebagian besar didasarkan pada kepentingan sektarian di negara tersebut, dan pemerintahan berturut-turut telah dituduh memiliki kepemimpinan yang tidak efektif dan elitis.
Pengangkatan politik dan banyak pekerjaan bergantung pada milik salah satu dari sekian banyak komunitas agama di Lebanon, sebuah situasi yang mengarah pada patronase, kronisme, dan korupsi endemik.
Penunjukan Adib dilakukan pada saat terjadi krisis parah di Lebanon, yang masih belum pulih dari ledakan yang juga menyebabkan ribuan orang terluka dan bangunan-bangunan hancur. Bahkan sebelum ledakan, negara itu berada dalam kesulitan keuangan yang parah karena mata uangnya turun, pengangguran membumbung tinggi dan kemiskinan meningkat.
Tak sampai di situ, mereka juga bergulat dengan dampak pandemi Virus Corona baru yang telah memperburuk kemerosotan ekonomi.
Advertisement