Sukses

Akademisi China Sebut AS Ingin Adu Domba ASEAN dengan Tiongkok

Media Tiongkok menyebut AS sedang menyebar isu negatif terhadap China di Asia Tenggara.

Liputan6.com, Shanghai - Pakar Asia-Pasifik dari China menyebut Amerika Serikat berusaha mengadu domba hubungan antara Tiongkok dan ASEAN. AS dianggap mendorong ASEAN supaya memihak dalam perseteruannya dengan China.

Dalam tulisannya di media pemerintah China, The Global Times, Zhao Gancheng dari Shanghai Institute for Internasional Studies berkata AS berupaya mengganggu proyek-proyek investasi antara China dan ASEAN. Salah satunya seperti memasukan ke daftar hitam perusahaan China yang ingin melaksanakan proyek di Filipina.

Perusahaan itu masuk daftar hitam karena dituduh terlibat dalam proyek pulau buatan di Laut China Selatan. 

Selain itu, Zhao Gancheng menuding AS ingin mengubah diplomasi ASEAN yang independen menjadi anti-China. Meski demikian, China percaya diri memiliki hubungan ekonomi yang kuat dengan ASEAN.

"Usaha-usaha AS untuk mengajak atau mengancam negara-negara ASEAN untuk memihak tidak akan berhasil sebagaimana China dan negara-negara tersebut memiliki koneksi dalam ekonomi, budaya, dan pertukaran personel berdasarkan keuntungan bersama," ujar Zhao Gancheng yang merupakan direktur dari Center for Asia-Pacific Studies di Shanghai Institute for International Studies, seperti dikutip pada Jumat (4/9/2020).

"Negara-negara Asia Tenggara lebih memilih mengambil posisi diplomatik yang relatif independen ketimbang memihak," lanjut Zhao.

Perdagangan antara China dan ASEAN disebut naik 5,6 persen secara year-on-year pada semester 1 tahun ini meski ada pandemi COVID-19.

Sebelumnya, Amerika Serikat juga baru saja mengkritik proyek One Belt One Road (OBOR) milik China. Kritikan itu berasal dari Kementerian Pertahanan. Proyek OBOR dianggap kurang transparan serta berpotensi merusak lingkungan.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

China Ingin Bangun Fasilitas Militer di Indonesia?

China dilaporkan ingin mendirikan jaringan logistik militer untuk menunjang tentara mereka. Amerika Serikat menyebut Indonesia menjadi salah satu target China dalam pembangunan tersebut.

Informasi itu muncul di laporan Kementarian Pertahanan (Kemhan) AS berjudul Military And Security Developments Involving The People's Republic Of China. Nama Indonesia disebut tiga kali pada laporan itu.

Berdasarkan laporan Kementerian Pertahanan AS, ada sejumlah negara Asia Tenggara hingga Timur Tengah yang China harap bisa gunakan sebagai lokasi fasilitas logistik militer. 

Pusat logistik itu digunakan untuk Tentara Pembebasan Rakyat atau People Liberation Army (PLA) milik China. Saat ini, China sudah memiliki pusat logistik militer di Djibouti.

"RRC kemungkinan telah mempertimbangkan Myanmar, Thailand, Singapore, Indonesia, Pakistan, Sri Lanka, Uni Emirat Arab, Kenya, Seychelles, Tanzania, Angola, dan Tajikistan sebagai lokasi untuk fasilitas logistik militer bagi PLA," tulis laporan tersebut seperti dikutip asia.nikkei.com, Rabu (2/9/2020).

AS berkata pusat logistik itu akan mendukung tentara darat, laut, dan udara milik China. Kehadiran pusat logistik seperti itu dianggap bisa menganggu AS.

"Jaringan logistik militer Tentara Pembebasan China bisa saja ikut campur ke operasi-operasi militer AS dan menyediakan fleksibiltas untuk mendukung operasi ofensif melawan Amerika Serikat," tulis laporan tersebut.