Liputan6.com, Beirut - Tentara Lebanon menemukan 4,3 ton amonium nitrat dekat lokasi ledakan Beirut. Amonium nitrat itu ditemukan dekat pintu masuk pelabuhan.
Dilaporkan Arab News, Jumat (4/9/2020), amonium nitrat itu kini ditangani oleh insinyur tentara. Bahan kimia itu tepatnya ditemukan di luar pintu masuk sembilan menuju pelabuhan.
Advertisement
Baca Juga
Bulan lalu, sekitar 2.750 ton amonium nitrat meledak di pelabuhan Beirut. Ledakan dahsyat itu menggemparkan kota Beirut dan kekuatannya merusak gedung-gedung di sekitar pelabuhan.
Sebanyak sekitar 6.000 orang terluka akibat peristiwa ini, termasuk seorang WNI. Korban meninggal tercatat ada 190 orang. Pemerintah Lebanon lantas meminta bantuan dari masyarakat internasional.
Gubernur Beirut yang mengunjungi lokasi ledakan menangis ketika melihat dampak peristiwa tersebut. Ia berkata ledakannya mengingatkannya dengan bom atom Hiroshima.
Amonium nitrat itu ternyata sudah disimpan di pelabuhan selama 4 tahun. Barang itu adalah sitaan dari seorang pebisnis Rusia.
Pemerintahan Perdana Menteri Hassan Diab langsung bubar pada beberapa hari usai terjadinya ledakan. Rakyat Lebanon kini sedang berusaha memperbaiki dampak ledakan yang terjadi di kota mereka.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Mustapha Adib Terpilih Jadi Perdana Menteri Baru Lebanon
Setelah peristiwa ledakan dahsyat di Beirut pada bulan lalu, kini Lebanon akan membuka lembaran baru bersama sosok pemimpin baru. Parlemen Lebanon memilih Mustapha Adib sebagai perdana menteri.Â
Mustapha Adib adalah duta besar Lebanon untuk Jerman. Ia terpilih setelah mendapat 90 suara dari total 128 anggota parlemen. Â
Dilaporkan AP News, Mustapha Adib saat ini telah berada di Beirut. Adib berkata prioritas utamanya adalah melaksanakan reformasi agar negaranya kembali mendapat kepercayaan internasional.Â
Mustapha Adib berjanji anggota kabinet yang ia pilih akan terdiri dari pakar-pakar untuk membawa negara ke jalur yang maju, serta mengakhiri masalah finansial, ekonomi, dan sosial di Lebanon.
"Peluang di hadapan negara kita itu sempit, dan misi yang saya setujui adalah berdasarkan kesadaran semua kelompok politik tentang hal tersebut. Pemerintah harus dibentuk secepatnya," ujar Adib.
Pemimpin dunia seperti Presiden Prancis Emmanuel Macron dan IMF menolak memberikan bantuan ke Lebanon jika pemimpinnya tak melaksanakan reformasi besar.
Rencananya, Presiden Prancis akan kembali berkunjung ke Lebanon pada pekan ini.
Adib baru kembali dari Jerman pada Sabtu 29 Agustus. Mantan PM Saad Hariri dan tiga PM lain memberi dukungan pada Adib.
Advertisement