Liputan6.com, Beirut - Tim penyelamat di Beirut terus mencari korban, menggali dan memeriksa puing-puing bangunan setelah dterima laporan bahwa seseorang mungkin masih hidup, sekitar satu bulan pasca-ledakan Beirut. Peralatan sensor spesialis dikirim ke area MarMikhael setelah laporan yang belum bisa dipastikan bahwa detak jantung terdeteksi.
Mar Mikhael adalah salah satu daerah yang paling parah akibat gelombang ledakan Beirut tersebut. Ini adalah lingkungan bersejarah yang menghadap ke pelabuhan yang terkenal dengan kehidupan malamnya sebelum ledakan tersebut.
Melansir BBC, Jumat (4/9/2020), lebih dari 200 orang dinyatakan tewas akibat meledaknya 2.750 ton amonium nitrat tersebut. Ledakan Beirut tersebut juga menyebabkan sekitar 300.000 orang harus kehilangan tempat tinggal mereka.
Advertisement
Kekecewaan dan kemarahan dirasakan oleh para penduduk karena begitu banyak bahan berbahaya disimpan dengan tidak aman di gudang dekat pelabuhan kota, daerah yang berada deka pemukiman warga.
Bahkan pengunduran diri pemerintah Lebanon saja tak bisa menenangkan pengunjuk rasa, yang bentrok dengan polisi di kota selama beberapa malam.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Tetap Melakukan Pencarian
Kerumunan berkumpul di tempat kejadian pada Kamis 3 September, ketika tim penyelamat dari Chili mulai melakukan pencarian. Masih belum diketahui apakah seseorang benar-benar masih hidup di bawah puing bangunan yang hancur akibat ledakan di Ibu Kota Beirut Lebanon.
Tim penyelamat sebelumnya membatalkan pencarian karena mereka kekurangan derek untuk mengangkat puing-puing karna khawatir bangunan akan runtuh. Meskipun begitu, menurut jurnalis di lapangan, relawan lokal tetap mencari dengan tangan sambil menunggu derek tiba di tempat kejadian.
Advertisement
Belum Bisa Dipastikan, Namun Berharap Itu Benar
Tim penyelamat Chile dilaporkan tiba di Lebanon pada 1 September. Menurut sumber setempat, mereka memiliki peralatan yang sangat sensitif yang dapat mendeteksi nafas hingga kedalaman 15 meter.
Lalu, pada Rabu malam, tim penyelamat sedang melewati tempat kejadian, dan tiba-tiba pelacak anjing mereka memberi tanda bahwa ada seseorang yang masih hidup di dalam. Saat kembali lagi pada pagi harinya, anjing itu pergi ke tempat yang sama dan memberikan tanda yang sama.
Kelompok itu kemudian menggunakan pemindai untuk mencari detak jantung atau nafas dari dalam reruntuhan, dan dengan peralatan untuk menggali puing-puing bangunan.
Tim penyelamat pun segera membagi tim yang terdiri dari tujuh orang untuk memindahkan puing-puing sepotong demi sepotong. Selama pemindahan, aeringkali ada peringatan untuk diam agar tim penyelamat dapat mendengarkan dengan seksama.
Namun, sampai saat ini belum ada yang mengkonfirmasi kemungkinan tersebut, tetapi beberapa dari mereka berharap bahwa it benar.
Â
Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul