Liputan6.com, Jakarta - Negara-negara Asia semakin dominan di kancah internasional, terutama dalam hal ekonomi. China kini menjadi pesaing Amerika Serikat dalam perdagangan, selain itu Asia Tenggara (ASEAN) juga semakin eksis.Â
Hubungan antara China dan ASEAN sangat erat di bidang ekonomi, namun ada masalah-masalah geopolitik yang dihadapi kedua negara. Salah satu isu yang sensitif adalah Laut China Selatan.Â
Advertisement
Baca Juga
Dr. Ha Anh Tuan dari Diplomatic Academy of Vietnam (DAV) berkata negara-negara ASEAN harus makin bersatu untuk berhadapan dengan China. Suara ASEAN yang kompak bakal menghasilkan relasi yang lebih substansial dan komprehensif dengan China.Â
"Saya percaya bahwa tanpa suara yang kuat dan posisi bersatu, sangatlah sulit untuk ASEAN agar mendapat kesepakatan dan kerja sama substansial dengan China," ujar Dr. Ha Anh Tuan dalam diskusi bersama Foreign Policy Community of Indonesia, Jumat (3/9/2020).Â
Negara-negara ASEAN disarankan agar mengidentifikasi kepentingan bersama agar makin kompak dalam menghadapi China dalam isu regional.
"Tanpa kepentingan bersama, tanpa kemauan politik bersama dari semua negara-negara ASEAN, kerja sama antara ASEAN saja sudah sulit, apalagi dalam kerja sama ASEAN-China," jelasnya.Â
Sementara itu, menurut Dr. Jayant Menon yang merupakan Visiting Senior Fellow di Institute of Southeast Asian Studies (ISEAS-Yusof Ishak Institute), ASEAN yang lebih kompak memang bisa menyelesaikan isu dengan lebih baik dengan China ketimbang jika anggota ASEAN bergerak sendiri.Â
Meski demikian, Dr. Jayant Menon mengakui bahwa negara-negara ASEAN sulit menemukan pijakan bersama karena tiap negara punya kepentingan berbeda dengan China.Â
"Di dalam ASEAN sulit untuk mengambil posisi bersama karena kepentingan berbeda. Jadi bolanya ada di China," jelas Dr. Menon.
Ia juga mengingatkan agar ASEAN tidak seperti Uni Eropa yang menurutnya terlalu sentralistis dan akibatnya mulai goyah.
"ASEAN tidak seperti itu, dan itulah mengapa ia bisa bertahan. ASEAN memilik sistem yang banyak berdasarkan konsensus. Kamu hanya bisa bergerak secepat yang bisa dilakukan anggota yang terlemah," ujar Dr. Menon.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Pentagon Sebut RI Bisa Jadi Lokasi Fasilitas Logistik Militer China, Ini Kata Menlu
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menanggapi penyataan dari Pentagon dalam laporan Military and Security Development Involving the People’s Republic of China 2020.
Dalam laporan itu, Pentagon menyebut beberapa negara ASEAN seperti Indonesia sebagai salah satu negara potensial sebagai lokasi fasilitas logistik militer.
Menanggapi laporan ini, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi secara tegas menyampaikan fakta sebenarnya.Â
"Secara tegas, saya ingin menekankan bahwa sesuai dengan garis dan prinsip politik luar negeri Indonesia, maka wilayah Indonesia tidak dapat dan tidak akan dijadikan basis atau pangkalan maupun fasilitas militer bagi negara manapun," ujar Retno dalam press briefing secara virtual.Â
Ha Anh Tuan dan Jayant Menon sama-sama berkata ASEAN harus kompak untuk netral terkait hubungan China dan AS. Hubungan yang memihak dianggap bisa memanaskan konflik.Â
"Cobalah agar tidak memihak di pertikaian AS-China, dan mainkan peran perantara yang tidak menambah bensi ke api," jelas Dr. Menon.
Advertisement