Sukses

Peran Role Model Jadi Kunci Pesepak Bola Wanita untuk Berkarier dan Raih Kesetaraan

Pada diskusi ini juga menggali tentang bagaimana pengalaman pegiat sepakbola wanita dalam dunia sepak bola serta bagaimana pentingnya kehadiran panutan atau role model dalam karir para pesepak bola.

Liputan6.com, Jakarta - British Council Indonesia bersama Premier Skills dan Liverpool FC Foundation (LFC Foundation) mengadakan webinar bertajuk "Proud to Play: The Importance of Women and Girls' Participant in Footbal", pada hari Jumat (4/9/2020). Diskusi virtual ini membahas tentang seperti apa berkecimpung dalam dunia sepak bola yang merupakan cabang olahraga dengan mayoritas laki-laki.

Pada diskusi ini juga menggali tentang bagaimana pengalaman pegiat sepak bola wanita dalam dunia sepak bola serta bagaimana pentingnya kehadiran panutan atau role model dalam karier para pesepak bola. Karena saat ini, Owen Jenkins, Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste mengatakan "Olahraga sepak bola bukan lagi hanya menarik untuk laki laki, tetapi juga untuk perempuan."

Pernyataan tentang sepak bola juga menarik untuk perempuan terlihat dari bagaimana pendidikan sepak bola sangat diminati oleh wanita. Untuk LFC Foundation saja memiliki 32.000 partisipan wanita di dalamnya dan Premier League Kicks Girls memiliki 300 partisipan wanita yang terikat dengan umur 8-16 tahun.

Di sana mereka akan dilatih sesuai golongan umur mereka oleh pelatih yang inspiratif dengan seminar pendidikan olah raga serta akan melakukan turnamen untuk melatih rasa percaya diri dan kerja sama antar tim. Megan Dykes, pelatih olahraga di Liverpool FC Foundation mengatakan bahwa "Ini semacam kesempatan bagi mereka untuk melatih minat mereka melalui panutan dari LFC Foundation."

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Tantangan sebagai Pesepak Bola Wanita

Bergelut di olahraga yang indentik dengan laki-laki, pesepak bola wanita seringkali menerima tantangan dalam perjuangan karier mereka. Maulina Novyriliani atau Cimot, salah satu pesepak bola wanita di Indonesia, mengatakan, tantangan yang paling ia rasakan adalah dari lingkungan sekitarnya.

Di Indonesia, masih banyak orang yang beranggapan bahwa wanita tak mungkin bisa sehebat laki-laki sehingga tidak akan membawa pengaruh apapun dalam dunia sepak bola. Namun stereotip itu harus dipatahkan dengan prestasi yang bisa ditunjukkan dan percaya pada diri sendiri. Untuk membangun percaya diri itulah, Cimot mengungkapkan betapa pentingnya untuk memiliki panutan sebagai acuan.

Selain stereotip masyarakat bagi pesepak bola wanita, fasilitas untuk mengembangkan minat di dunia sepak bola bagi wanita juga sangat kurang. Padahal menurut, jika para wanita yang memiliki minat di dunia tersebut memiliki wadah untuk mengeksplor kemampuan mereka, mungkin akan mampu menciptakan prestasi yang sama dengan laki-laki atau bahkan lebih.

Karena tak hanya laki-laki yang mampu membawa nama dunia sepak bola, wanita juga mampu melakukannya jika menerima dukungan.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul