Liputan6.com, Moskow - Ilmuwan Rusia telah menerbitkan laporan pertama tentang vaksin COVID-19 mereka, mengatakan tes awal menunjukkan tanda-tanda respons kekebalan imun yang positif.
Laporan yang diterbitkan oleh jurnal medis The Lancet mengatakan setiap peserta mengembangkan antibodi untuk melawan virus dan tidak memiliki efek samping yang serius, demikian seperti dikutip dari BBC, Sabtu (5/9/2020).
Rusia melisensikan vaksin untuk penggunaan lokal pada Agustus 2020, negara pertama yang melakukannya dan sebelum data dipublikasikan.
Advertisement
Namun, para ahli yang tidak terlibat dalam laporan itu mengatakan uji coba itu terlalu kecil untuk membuktikan keefektifan dan keamanan.
Akan tetapi, Moskow memuji hasil tersebut sebagai jawaban atas kritik. Beberapa ahli Barat telah menyuarakan keprihatinan tentang kecepatan kerja Rusia, menunjukkan bahwa para peneliti mungkin mengambil jalan pintas.
Bulan lalu, Presiden Vladimir Putin mengatakan vaksin tersebut telah melewati semua pemeriksaan yang diperlukan dan salah satu putrinya sendiri telah diberikan.
Dua uji coba vaksin COVID-19, bernama Sputnik-V, dilakukan antara Juni dan Juli, kata The Lancet. Masing-masing melibatkan 38 sukarelawan sehat yang diberi dosis vaksin dan kemudian diberikan vaksin penguat tiga minggu kemudian.
Para peserta --berusia antara 18 dan 60-- dipantau selama 42 hari dan semuanya mengembangkan antibodi dalam tiga minggu. Di antara efek samping yang paling umum adalah sakit kepala dan nyeri sendi.
Uji coba itu bersifat open label dan tidak diacak, artinya tidak ada plasebo dan sukarelawan sadar bahwa mereka menerima vaksin COVID-19.
"Uji coba jangka panjang yang besar termasuk perbandingan plasebo, dan pemantauan lebih lanjut diperlukan untuk menetapkan keamanan jangka panjang dan efektivitas vaksin untuk mencegah infeksi COVID-19," kata laporan itu.
Simak video pilihan berikut:
Vaksin Rusia Masuk Uji Coba Fase 3
Uji coba fase ketiga akan melibatkan 40.000 sukarelawan dari "kelompok usia dan risiko yang berbeda," menurut makalah tersebut.
Vaksin Rusia menggunakan jenis adenovirus yang telah disesuaikan, virus yang biasanya menyebabkan flu biasa, untuk memicu respons kekebalan.
Kirill Dmitriev, kepala dana investasi Rusia di balik vaksin itu, mengatakan selama konferensi pers bahwa laporan itu adalah "tanggapan yang kuat terhadap para skeptis yang secara tidak masuk akal mengkritik vaksin Rusia".
Dia mengatakan bahwa 3.000 orang telah direkrut untuk uji coba fase berikutnya.
Menteri Kesehatan Rusia Mikhail Murashko mengatakan negara itu akan memulai vaksinasi mulai November atau Desember, dengan fokus pada kelompok berisiko tinggi.
Advertisement