Sukses

UNICEF: Vaksin COVID-19 Akan Diproduksi Besar-besaran hingga 2023

Organisasi naungan PBB, UNICEF ambil bagian dalam rencana alokasi vaksin COVID-19.

Jakarta - Pengadaan vaksin Corona COVID-19 dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya dapat diproduksi oleh 28 produsen obat di 10 negara selama dua tahun ke depan, kata organisasi naungan PBB, UNICEF, pada Kamis 3 September 2020. UNICEF juga mengumumkan akan membantu upaya pengadaan dan pendistibusian vaksin untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Mengutip DW Indonesia, Senin (7/9/2020), UNICEF ambil bagian dalam rencana alokasi vaksin COVID-19 - yang dikenal sebagai COVAX yang dipimpin Badan Kesehatan Dunia (WHO). Tujuannya, untuk membeli dan menyediakan akses yang adil atas vaksin tersebut. Sejauh ini, 76 negara berkomitmen untuk bergabung dalam upaya COVAX.

UNICEF mengatakan bahwa 28 produsen obat telah menyerahkan rencana produksi tahunan mereka untuk vaksin COVID-19 hingga tahun 2023 mendatang.

Berdasarkan hasil tinjauan tim pasar UNICEF, para produsen obat "bersedia secara kolektif untuk memproduksi vaksin COVID-19 dalam jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya selama 1-2 tahun ke depan."

Tetapi, para produsen obat obat telah memberi sinyal bahwa hal tersebut baru dapat terjadi dengan bergantung pada "kesuksesan uji klinis, pemberlakuan pemesanan di muka, adanya pendanaan, dan kemudahan regulasi dan pendaftaran."

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 2 halaman

Vaksin Aman untuk Akhiri Pandemi COVID-19

Vaksin yang aman dan efektif dinilai penting untuk mengakhiri pandemi yang sejauh ini telah merenggut lebih dari 867.000 nyawa di seluruh dunia.

Peran baru UNICEF dengan COVAX menjadikan UNICEF sebagai pembeli vaksin tunggal terbesar di dunia. Badan PBB ini mengatakan pihaknya memperoleh lebih dari dua miliar dosis vaksin setiap tahun untuk imunisasi rutin dan penanggulangan wabah atas hampir 100 negara.

Hingga berita ini diturunkan, sudah lebih dari 26 juta penduduk dunia terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. AS, Brasil, dan India jadi tiga negara dengan kasus COVID-19 tertinggi di dunia.