Liputan6.com, Xinjiang - Wilayah Xinjiang, China dilaporkan telah bebas dari infeksi Virus Corona COVID-19.
Pada Senin 7 September 2020, tiga pasien COVID-19 terakhir di Xinjiang diizinkan pulang dari rumah sakit dan pasien tanpa gejala terakhir juga dibebaskan dari observasi medis. Semuanya berada di ibu kota regional Urumqi.
Mengutip Xinhua, Selasa (8/9/2020), sejak 15 Juli total 826 pasien COVID-19 diizinkan pulang dari rumah sakit setelah dinyatakan sembuh. Sementara 238 kasus tanpa gejala dibebaskan dari observasi medis di wilayah tersebut.
Advertisement
Lu Chen, wakil direktur rumah sakit khusus COVID-19 di Xinjiang mengatakan, rumah sakitnya mengadopsi kombinasi pengobatan tradisional China dan pengobatan barat dalam mengobati infeksi COVID-19. Ditambah dengan terapi yang ditargetkan untuk setiap kasus parah dan kritis.
Â
Saksikan video pilihan di bawah ini:
China Pamerkan Vaksin COVID-19 Buatan Sinovac dan Sinopharm
Sebelumnya, untuk pertama kalinya, China memamerkan vaksin Virus Corona COVID-19 buatan mereka.
Harapan besar pun tergantung pada botol kecil berisi cairan yang dipamerkan di pameran perdagangan Beijing pekan ini - kandidat vaksin yang diproduksi perusahaan China Sinovac Biotech dan Sinopharm, seperti dikutip dari AFP, Senin 7 September.
Seorang perwakilan Sinovac menerangkan kepada AFP bahwa perusahaannya telah "menyelesaikan pembangunan pabrik vaksin" yang mampu memproduksi hingga sebanyak 300 juta dosis dalam setahun.
Pada hari Senin, orang-orang yang menghadiri pameran perdagangan dilaporkan tampak berkerumun di sekitar stan yang menunjukkan vaksin Virus Corona COVID-19 yang nantinya akan diproduksi secara massal tersebut.
Saat ini, media dan pejabat pemerintah menekankan kebangkitan Wuhan, kota di China tengah yang merupakan lokasi kasus Virus Corona COVID-19 pertama kali terdeteksi.
Selain itu, mereka juga menyerukan kemajuan dalam vaksin domestik sebagai tanda kepemimpinan dan ketahanan China dalam menghadapi krisis kesehatan yang belum pernah terjadi sebelumnya, yang telah secara besar memberikan dampak pada ekonomi global.
Â
Advertisement
Vaksin Jadi Barang Publik Global
Presiden China Xi Jinping pada bulan Mei 2020 telah menyampaikan janjinya untuk membuat vaksin potensial yang dikembangkan oleh China menjadi "barang publik global".
Menurut laporan AFP, vaksin potensial yang dipamerkan tersebut termasuk di antara hampir 10 di seluruh dunia yang memasuki uji coba fase 3, langkah terakhir yang biasanya dicapai menjelang persetujuan peraturan, dengan negara-negara lainnya yang juga ikut berlomba untuk menghentikan virus dan memulai kembali ekonomi mereka yang terdampak.
Sementara itu, pada bulan lalu, setidaknya 5,7 miliar dosis vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia telah dipesan sebelumnya.
Tetapi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa imunisasi yang meluas terhadap COVID-19 mungkin tidak akan diberlakukan sampai pertengahan tahun depan.
Sinopharm menyatakan bahwa pihaknya mengantisipasi antibodi dari penyuntikan untuk bertahan antara satu dan tiga tahun - meskipun hasil akhirnya hanya akan diketahui setelah uji coba.
Laporan Global Times pada bulan lalu juga menyebutkan bahwa harga vaksin tidak akan dikenakan dengan jumlah yang tinggi". Setiap dua dosisnya harus berharga di bawah 1.000 yuan, menurut laporan itu, mengutip pernyataan dari ketua Sinopharm, yang mengatakan kepada media bahwa dia telah menerima suntikan dari salah satu kandidat vaksin.
Sementara laporan Xinhua menyebutkan bahwa kandidat vaksin lain, yang dikembangkan oleh ilmuwan militer China, dapat mengatasi mutasi pada Virus Corona COVID-19.
 Â
Infografis Kandidat Vaksin COVID-19 untuk Indonesia
Advertisement