Liputan6.com, Beijing - China telah mengumumkan dimulainya program keamanan data global yang memaparkan berbagai prinsip yang mesti dipatuhi di berbagai bidang mulai dari informasi pribadi hingga mata-mata.
Hal ini disampaikan langsung oleh Menteri Luar Negeri China Wang Yi, seperti dikutip dari laman VOA Indonesia, Kamis (10/9/2020).
Advertisement
Baca Juga
Menteri Luar Negeri Wang Yi mengumumkan program tersebut dalam sebuah video sebagai bagian dari konferensi tentang kerja sama internasional.
Program ini diluncurkan ketika AS terus menekan perusahaan teknologi terbesar di China dan mencoba meyakinkan negara-negara di seluruh dunia untuk memblokirnya.
Program China mencakup delapan poin utama termasuk tidak menggunakan teknologi untuk mengganggu infrastruktur penting negara lain atau mencuri data dan memastikan penyedia layanan tidak memasang celah terselubung pada produk mereka dan secara ilegal mendapatkan data pengguna.
Wang yang berbicara di Beijing, juga mengatakan program itu hendak mengakhiri kegiatan yang "melanggar informasi pribadi" dan menentang penggunaan teknologi untuk melakukan pemantauan massal terhadap negara lain.
Program itu mengatakan perusahaan juga harus menghormati hukum negara tuan rumah dan berhenti memaksa perusahaan domestik untuk menyimpan data yang didapat dari luar dalam wilayah mereka sendiri.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo bulan lalu meluncurkan program "Jaringan Bersih", dengan mengatakan program itu untuk melindungi privasi warga negara dan informasi sensitif dari "aktor jahat, seperti Partai Komunis China."
Banyak poin dari program tersebut tampaknya akan menjawab beberapa tuduhan tersebut.
Simak video pilihan berikut:
Amerika Serikat Serius Blokir Aplikasi dari China
Sebelumnya, amerika Serikat melalui Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengumumkan perluasan Jaringan Bersih atau Clean Network yang merupakan pendekatan komprehensif Administrasi untuk melindungi aset di seluruh dunia.
Termasuk privasi warga negara Amerika Serikat dan informasi paling sensitif perusahaan dari intrusi agresif Partai Komunis China.
Dalam sebuah teleconferance yang diadakan US Asia Pacific Media Hub, Under Secretary of State for Economic Growth, Energy, and the Environment Keith Krach menyampaikan bahwa The Clean Network bertujuan menangani ancaman jangka panjang terhadap privasi data, keamanan, hak asasi manusia, dan kolaborasi berprinsip yang ditimbulkan oknum tak bertanggung jawab.
"Clean Network berakar pada standar kepercayaan digital yang diterima secara internasional. Perluasan ini dibangun di atas keberhasilan prakarsa Clean Network 5G yang diumumkan pada bulan April oleh Menteri Luar Negeri Pompeo," ujar Keith Krach.
Ia mengklaim, kini lebih dari 30 negara telah mengikuti Clean Network, termasuk banyak negara di Asia dan Eropa.
"Misalnya, Perdana Menteri Polandia Morawiecki baru-baru ini menyatakan bahwa Polandia percaya bahwa pembangunan jaringan 5G Clean Path adalah upaya untuk kedaulatan teknologi strategis UE."
"Lebih lanjut, Uni Eropa dan semua anggotanya mengembangkan kotak alat keamanan siber 5G yang mendefinisikan langkah-langkah yang jelas untuk menghindari penggunaan pemasok aplikasi berisiko tinggi."
Under Secretary Krach juga menyebut bahwa memperluas Clean Network untuk menyadari kebenaran bahwa data 5G tidak hanya tetap pada peralatan 5G saja.
Ini juga akan memiliki keterkaitan dengan jaringan cloud dan kabel bawah laut dalam perjalanannya ke smartphone dan aplikasi seluler di seluruh dunia termasuk Amerika Serikat.
"Ini akan menargetkan sejumlah perangkat dan aplikasi termasuk Huawei, TikTok, dan banyak lainnya."
Advertisement