Sukses

Google dan Twitter Akan Berantas Informasi Bohong Jelang Pilpres AS 2020

Google dan Twitter telah mengantisipasi 'banjir klaim palsu' dan posting menyesatkan menjelang pemungutan suara November mendatang.

Liputan6.com, Jakarta - Google dan Twitter menyatakan akan terus menekan informasi salah atau berita bohong yang disiarkan secara online menjelang pemilihan umum Amerika Serikat pada November 2020.

Platform media sosial besar itu telah mengantisipasi 'banjir klaim palsu' dan posting menyesatkan menjelang pemungutan suara November mendatang, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (11/9/2020).

Twitter mengatakan, pihaknya berencana untuk lebih agresif memberi label dan menghapus tweet terkait pemilu yang tidak akurat.

Mesin pencari Google juga mengatakan bahwa akan menyaring lebih banyak hasil pelengkapan otomatis untuk menghindari pemilih disesatkan, terutama atas laporan yang mengklaim kemenangan awal.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

2 dari 4 halaman

Facebook dan Twitter 'Bongkar Jaringan Rusia'?

China menyerukan penyelidikan setelah tweet dan like porno yang menimpa salah satu pejabatnya. Salah satu kekhawatirannya adalah meluasnya penggunaan surat suara dalam pemilu AS akibat pandemi virus corona dapat menyebabkan penundaan yang signifikan dalam hasil penghitungan.

Para ahli khawatir hal ini dapat membuat informasi yang salah. Pada hari Kamis, Google mengatakan bahwa informasi yang salah tentang hasil pemilu tidak akan muncul dalam pencarian.

Kini, perusahaan media sosial berada di bawah tekanan untuk memerangi kesalahan informasi setelah badan intelijen AS memutuskan Rusia menggunakan platform mereka untuk ikut campur dalam pemilihan presiden 2016.

"Kami tidak akan mengizinkan layanan kami untuk disalahgunakan dalam proses sipil, yang paling penting pemilu," tulis Twitter di blognya.

"Setiap upaya untuk melakukannya -- baik asing maupun domestik -- akan bertemu dengan penegakan aturan yang ketat, yang diterapkan secara setara dan bijaksana untuk semua orang."

 

3 dari 4 halaman

Jaringan Rusia

Minggu lalu, Facebook mengatakan telah membongkar jaringan kecil yang merupakan bagian dari operasi pengaruh Rusia.

Perusahaan itu mengatakan kampanye tersebut terkait dengan Badan Riset Internet (IRA) Rusia, sebuah organisasi yang dekat dengan pemerintah Rusia dan dituduh ikut campur dalam pemilu AS 2016.

Twitter juga menangguhkan lima akun dari jaringan yang sama. Operasi tersebut berpusat di sekitar PeaceData, yang diklaim sebagai situs berita nirlaba dalam bahasa Inggris dan Arab.

Sejumlah platform media sosial bentrok dalam beberapa bulan terakhir dengan Presiden Donald Trump, yang sering memposting tentang potensi penipuan dalam pemilihan presiden mendatang sambil mengkritik Twitter.

4 dari 4 halaman

Infografis Presiden AS Donald Trump