Sukses

Buku Pelajaran Sekolah di Qatar Dituding Ajarkan Intoleransi

Lembaga internasional menyebut kurikulum pendidikan Qatar tidak toleran terhadap minoritas. Ada apa?

Liputan6.com, Doha - Lembaga internasional mengungkap kurikulum pendidikan di Qatarbersifat intoleran kepada minoritas beragama. Temuan itu berdasarkan review di 238 buku pelajaran Qatar.

Menurut Institute for Monitoring Peace and Cultural Tolerance in School Education (IMPACT-se), buku-buku pelajaran Qatar memberikan pandangan negatif kepada agama Kristen dan Yahudi.

Kedua agama itu disalahkan karena dituduh menyebabkan perpecahan di antara umat Muslim.

Seperti dilaporkan Al-Arabiya, Senin (14/9/2020), buku pelajaran di Qatar juga dituding mempromosikan konspirasi Yahudi. Orang-orang Yahudi disebut mengendalikan kekuatan dunia.

Elemen-elemen dari Ikhwanul Muslimin (Muslims Brotherhood) juga tampak jelas di buku-buku tersebut.

"Kurikulum (Qatar) tidak memenuhi standar internasional untuk perdamaian dan toleran," ujar pihak IMPACT-se. "Elemen-elemen dari Ikhwanul Muslimin tampak terbukti."

Kurikulum di Qatar juga menampilkan Iran dan Turki dengan cara positif. Yang diberikan citra negatif adalah penganut agama minoritas yang ditulis "kafir" dan "diperkirakan masuk neraka."

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Kurikulum Uni Emirat Arab Dapat Pujian

Lain cerita dengan Uni Emirat Arab. Kurikulum negara ini justru dipuji karena sesuai standar internasional dan memenuhi standar internasional.

Laporan IMPACT-se berkata murid-murid di Uni Emirat Arab diajarkan nilai-nilai toleransi dan rasa hormat untuk diri sendiri dan orang lain.

Salah satu contohnya muncul di buku kelas 8 di UEA. Buku pelajarannya mengajarkan bahwa kekuatan UEA adalah rumah bagi masyarakat yang beraneka ragam dan pemerintah bersikap jelas dalam toleransi.

Murid-murid di kelas 9 juga diajarkan Pasal 2 dari Deklarasi HAM PBB. Bunyinya, yakni:

"Setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan yang tercantum dalam Deklarasi initanpa pembedaan dalam bentuk apapun, seperti ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama,keyakinan politik atau keyakinan lainnya, asal usul kebangsaan dan sosial, hak milik, kelahiran atau status lainnya."

IMPACT-se lantas menilai kurikulum di UEA merupakan teladan bagi wilayah Timur Tengah.