Sukses

Salahkan Korban Perkosaan, Kepala Polisi di Pakistan Tuai Kecaman dan Didesak Mundur

Seorang kepala polisi Pakistan diprotes oleh masyarakat setelah dia menyalahkan korban dalam kasus pemerkosaan geng dalam sebuah pernyataan dengan media.

Liputan6.com, Lahore - Seorang kepala polisi Pakistan diprotes masyarakat setelah dia tampak menyalahkan korban dalam kasus pemerkosaan. Kontroversi dimulai ketika seorang wanita melaporkan dia diserang dan diperkosa sekelompok pria di depan kedua anaknya.

Saat itu dia, korban sedang menunggu kedatangan polisi yang sudah ia telepon untuk meminta bantuan karena kehabisan bahan bakar di dekat kota timur Lahore Rabu 9 September malam.  

Namun bukannya membela korban pemerkosaan tersebut, Kepala Polisi Lahore, Umar Sheikh berulang kali mengatakan kepada media bahwa korban bersalah karena mengemudi di malam hari tanpa seorang laki-laki. Ia juga menambahkan, "tidak ada seorang pun di masyarakat Pakistan yang mengizinkan saudara perempuan dan anak perempuan mereka untuk bepergian sendirian sampai larut malam."

Sheikh melanjutkan pernyataannya bahwa wanita yang merupakan warga Prancis itu salah mengira di Pakistan sama amannya dengan negara asalnya, seperti dilansir chanelnewsasia.com, Selasa (15/9/2020).

Mendengar pernyataan Sheikh, Menteri Hak Asasi Manusia, Shireen Mazari mengatakan pernyataannya tidak dapat diterima. "Tidak ada yang bisa merasionalisasi kejahatan pemerkosaan."

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Menuntut Pelengseran

Ratusan massa yang kebanyakan wanita berkumpul di Lahore, Karachi, dan Kota Peshawar di barat laut untuk melakukan protes besar-besaran. "Hancurkan kesunyian, hentikan kekerasan," tulis salah satu plakat di Peshawar.

Protes yang dilakukan pada Jumat 11 September tersebut juga memicu tuntutan pengunduran diri Sheikh.

"Kami tidak ingin dia menjabat. Kami ingin keamanan dari polisi dan pemerintah. Itu tugas mereka,"  kata salah satu pengunjuk rasa, Shaheena Khan pada rapat umum di Islamabad.

"Dan sekarang polisi memberi tahu Anda bahwa Anda bertanggung jawab atas keselamatan Anda sendiri," tambah Yamna Rehman dalam protes Islamabad, yang diorganisir oleh kolektif Front Demokratik Wanita.

Pengacara dan aktivis hak perempuan Khadija Siddiqi juga berkomentar bahwa penyataan Sheikh adalah bagian dari budaya menyalahkan korban yang tidak menguntungkan di Pakistan. Banyak orang Pakistan yang konservatif hidup di bawah patriarki mengatur kehidupan perempuan dengan mencegah mereka, misalnya, memilih suami mereka sendiri atau bekerja di luar rumah.

"Kami kecewa, kami menuntut pelengseran dan permintaan maafnya," kata Nighat Dad, seorang aktivis hak-hak perempuan dan salah satu penyelenggara pawai hak-hak perempuan tahunan di Lahore.

3 dari 3 halaman

Salah Satu Pelaku Sudah Ditangkap

Mengutip aljazeera.com, Selasa (15/9/2020), polisi Pakistan mengatakan pada Senin 14 September, mereka telah menangkap satu dari dua tersangka pemerkosaan tersebut. Tersangka juga dituduh mencuri uang dan perhiasan dari wanita tersebut sebelum melarikan diri.

Kepala investigasi kriminal polisi Punjab, Atif Nazeer mengatakan, penangkapan salah satu pria itu dilakukan setelah mereka melacak catatan telepon dan mengumpulkan bukti forensik dari tempat kejadian. Nazeer mengatakan sebelumnya tersangka menyangkal keterlibatan dalam pemerkosaan itu dan mengaku tidak bersalah.

Proses penangkapan itu terjadi setelah protes besar-besar di seluruh Pakistan untuk melakukan penanganan penyelidikan atas serangan itu. Inam Ghani, Inspektur Jenderal provinsi Punjab mengatakan kepada wartawan bahwa polisi telah mengidentifikasi kedua tersangka melalui penelusuran DNA.

"Saya berharap segera kami akan menjangkau mereka dan menangkap mereka," katanya.

Musarrat Cheema, juru bicara di provinsi Punjab timur, menambahkan bahwa penggerebekan sedang dilakukan untuk menemukan pelaku selanjutnya.

 

Reporter: Vitaloca Cindrauli Sitompul