Liputan6.com, Washington D.C - Hanya berselang tiga hari setelah dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Amerika Serikat, Dubes Muhammad Lutfi diterima oleh Presiden Donald Trump di Ruang Oval, Gedung Putih pada Kamis (17/9/2020) untuk menyerahkan Surat-surat Kepercayaan dari Presiden RI.
Penyerahan surat-surat ini menandai dimulainya secara resmi tugas Dubes Muhammad Lutfi sebagai Dubes RI untuk AS, menggantikan pejabat sebelumnya, Mahendra Siregar, yang telah ditunjuk sebagai Wakil Menteri Luar Negeri RI sejak Oktober 2019 lalu.
Advertisement
Didampingi isterinya, Bianca Adinegoro Lutfi, Dubes Lutfi mengikuti rangkaian kegiatan penyerahan Surat-surat Kepercayaan, diawali dari Kementerian Luar Negeri AS menuju ke Gedung Putih, menggunakan kendaraan khusus yang disediakan oleh Pemerintah AS.
Pada saat menyerahkan Surat-surat Kepercayaan tersebut, Dubes Lutfi menyampaikan salam hangat dari Presiden Joko Widodo dan rakyat Indonesia kepada Presiden Donald Trump dan rakyat Amerika Serikat.
Salam hangat tersebut disambut baik oleh Presiden Trump, yang mengatakan bahwa Indonesia merupakan mitra kunci bagi AS dan menyampaikan salam hangatnya kembali kepada Presiden Joko Widodo dan rakyat Indonesia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Memajukan Hubungan Bilateral
Dubes Lutfi juga menggarisbawahi hubungan baik kedua negara yang telah berlangsung lama dan berkontribusi terhadap penguatan berbagai kerja sama bilateral dan kemitraan Indonesia-AS selama ini, khususnya di masa pandemi COVID-19.
Dubes Lutfi juga menyampaikan apresiasi Indonesia atas dukungan AS dalam rangka penanganan pandemi COVID-19 di Indonesia dan komitmen AS mendukung pembangunan infrastruktur di Tanah Air.
“Sebagai Duta Besar Indonesia untuk AS, saya berkomitmen untuk memajukan kerja sama Indonesia-AS dalam menanggulangi pandemi COVID-19 dan mempercepat pemulihan ekonomi di masa-masa sulit ini. Saya juga siap berkolaborasi dengan mitra kerja dari berbagai kalangan di AS untuk terus memperkuat hubungan ekonomi, maritim, pertahanan dan keamanan, serta people-to-people contact,” sambung Duta Besar Lutfi, yang saat itu mengenakan pakaian Teluk Belanga lengkap dengan peci hitam.
“Tujuan strategis saya adalah mendorong hubungan bilateral RI-AS ke tingkat yang lebih tinggi, utamanya mempromosikan kerja sama perdagangan dan investasi dua arah yang lebih kuat antara Indonesia dan AS dengan lebih jauh mengeksplorasi potensi yang masih sangat terbuka lebar,” pungkas Duta Besar yang juga alumnus Purdue University, Indiana, AS ini.
Advertisement
Prioritas Dubes Lutfi
Dalam mengembang tugas sebagai perwakilan Pemerintah Indonesia di AS, Lutfi memiliki program prioritas, yaitu memastikan bahwa AS memperpanjang persetujuan fasilitas pembebasan tarif bea masuk (generalized system of preference/GSP) ke Indonesia. Selain itu, akan memulai pembicaraan untuk negosiasi terkait perjanjian dagang bebas terbatas atau limited trade deal dengan AS.
“Saya akan mendorong dan memastikan bahwa persetujuan GSP diperpanjang. Lalu, memulai pembicaraan negosiasi daripada limited trade deal, yaitu barang-barang di AS yang pajaknya kurang dari 5% bisa di nol persenkan tanpa melalui kongres. Kita memulai negosiasi itu segera, itu prioritas,” ujar Lutfi.
Seperti diketahui, Indonesia berada di urutan ketiga negara yang banyak memanfaatkan fasilitas GSP AS. Sekitar 14,9% ekspor Indonesia ke AS memanfaatkan fasilitas tersebut. Saat ini, Indonesia tengah menunggu hasil review yang dilakukan pemerintah AS melalui United States Representiative (USTR) terkait pemberian fasilitas GSP.
Lutfi memastikan diplomasi ekonomi dengan Negara Paman Sam akan diperkuat ke depannya. Seiring era baru perdagangan internasional, lanjut Lutfi, pihaknya menyadari bahwa bila ingin menjual barang atau produk ke pasar AS, maka Indonesia juga mesti membeli produk AS.
“Saya juga ingin memastikan produk-produk AS bisa berkompetisi di pasar Indonesia. Karena pasar kita besar dan prospektif, saya akan memastikan bahwa AS mengetahui bahwa Indonesia selalu memperbaiki iklim investasi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Lutfi bertekad untuk memastikan bahwa investor-investor AS mengetahui dengan baik perbaikan iklim investasi di Tanah Air dan menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi dari perusahaan-perusahaan asal negara Adidaya tersebut.
Minat investor AS untuk menjadikan Indonesia sebagai negara tujuan investasi telah tercermin dari langkah Kimberly-Clark Corporation, pionir produk konsumen global yang bermarkas di Texas, AS. Kimberly mengumumkan akan mengakuisisi Softex Indonesia dengan nilai transaksi tunai US$1,2 miliar, dari sekelompok pemegang saham termasuk CVC Capital Partners Asia Pacific IV.
“Pada akhir era-70an mereka salah satu perusahaan pertama yang investasi besar di Indonesia. Sekarang mereka sudah mulai lagi. Dengan modalitas baru, dengan membuka pasar kita ternyata banyak investasi masuk. Mudah-mudahan mereka membuka pasar baru sekaligus menjadikan Indonesia sebagai pusat produksi,” papar Lutfi.