Sukses

4 Negara Bagian Memulai Pemilu AS 2020 Secara Fisik dengan Protokol COVID-19

Antrean calon pemilih membentang dari tempat pemungutan suara di Negara Bagian Virginia dan Negara Bagian Minnesota saat tahap awal Pemilu AS 2020 dimulai di total empat negara bagian.

Liputan6.com, Fairfax - Antrean calon pemilih membentang dari tempat pemungutan suara di Negara Bagian Virginia dan Negara Bagian Minnesota saat tahap awal Pemilu AS 2020 dimulai di total empat negara bagian, dimulai pada Jumat 18 September 2020 waktu setempat.

Garis antrean terpanjang ditemukan di Virginia, di mana para pemilih sebelumnya membutuhkan alasan untuk memberikan suara lebih awal, demikian seperti dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (19/9/2020).

Di Fairfax County, Virginia, laporan menunjukkan antrean yang membentang selama berjam-jam, petugas pemilu bergegas untuk membuka ruang pemungutan suara tambahan di pusat pemerintah daerah.

CBS News melaporkan bahwa "lusinan" pemilih melakukan jaga jarak secara sosial sebagian bagian dari protokol kesehatan COVID-19 saat hendak memberikan suara dalam 45 menit pertama pemungutan suara awal di Duluth, Minnesota.

Negara Bagian South Dakota dan Negara Bagian Wyoming juga menyaksikan hari pertama pemungutan suara awal untuk Pemilu AS 2020 pada Jumat 18 September. Surat suara dapat diberikan hingga 3 November 2020.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Dugaan Campur Tangan Asing dalam Pemilu

Sementara itu, Direktur FBI Christopher Wray memperingatkan adanya ikut campur Rusia dalam pemilihan presiden (Pilpres) AS 2020, dengan aliran informasi salah yang ditujukan untuk merusak calon dari Demokrat yakni Joe Biden, serta melemahkan kepercayaan Amerika dalam proses pemilihan.

Mengutip laman The Guardian, Jumat (18/9/2020), pihak Rusia juga berusaha untuk melemahkan apa yang dilihatnya sebagai pembentukan anti-Rusia di AS.

Hal itu diungkapkan Wray kepada komite keamanan dalam negeri Dewan Perwakilan Rakyat yang dipimpin Demokrat dalam sidang di Capitol Hill.

Dia mengatakan, kekhawatiran terbesarnya adalah "pukulan telak dari informasi yang salah" yang dia khawatirkan dapat merusak kepercayaan hasil pemilu 2020.

Selengkapnya...