Sukses

Redam Gelombang Kedua COVID-19, PM Boris Johnson Minta Warga Inggris WFH

PM Boris Johnson meminta warga Inggris untuk bekerja dari rumah, dengan berlangsungnya gelombang kedua COVID-19.

Liputan6.com, London- Perdana Menteri Boris Johnson meminta warga Inggris pada Selasa (22/9) untuk bekerja dari rumah.

Dikutip dari Channel News Asia, Selasa (22/9/2020), langkah tersebut diberikan dalam upaya untuk mengatasi gelombang kedua wabah Virus Corona COVID-19 yang telah menyebar dengan begitu cepat. 

"Kami tahu ini tidak akan mudah, tetapi kami harus mengambil tindakan lebih lanjut untuk mengendalikan kemunculan kasus Virus Corona dan melindungi petugas medis NHS," ujar PM Johnson dalam keterangan pers oleh kantornya di Downing Street.

Di Inggris, kasus baru COVID-19 meningkat hingga sedikitnya 6.000 infeksi per hari, menurut data lama mingguan negara tersebut, penerimaan pasien di rumah sakit juga berlipat ganda setiap delapan hari, serta pengelolaan tes yang mulai kesulitan. 

Peraturan baru tersebut akan membatasi industri perhotelan dengan hanya menyediakan layanan tamu di meja, berdasarkan hukum.

Selain aturan bekerja di rumah, PM Johnson juga meminta semua pub, bar, restoran, dan perhotelan lainnya di seluruh Inggris untuk menutup operasionalnya pukul 10 malam mulai 24 September mendatang.

Saksikan Video Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Dukungan Pemberlakuan WFH dari Sekretaris Kabinet Inggris

Selain PM Johnson, Sekretaris Kabinet Inggris Inggris, Michael Gove bahkan juga mendukung diberlakukannya aturan bekerja di rumah. 

"Salah satu hal yang akan kami tekankan adalah bahwa jika memungkinkan bagi orang untuk bekerja dari rumah, kami akan mendorong mereka untuk melakukannya," kata Gove kepada Sky News.

Namun, PM Johnson dilaporkan tidak akan mengumumkan untuk menerapkan lockdown seperti yang sudah diberlakukan pada Maret 2020. 

Tetapi disisi lain, Menteri Gove juga memperingatkan bahwa banyak pekerjaan yang tidak dapat dilakukan di rumah, mulai dari manufaktur dan konstruksi hingga ritel.

"Kita perlu menyeimbangkan, tentu saja, kebutuhan untuk memastikan bahwa orang dapat terus bekerja, dan memang - secara kritis - terus bersekolah dan mendapatkan manfaat dari pendidikan, dengan mengambil langkah untuk mencoba mengurangi risiko virus. Maka dari itu  jika kita bisa membatasi, atau menahan dengan tepat, kontak sosial, adalah yang kami upayakan untuk dilakukan," jelasnya. 

Menurut kepala medis pemerintah Inggris, Chris Whitty, dan kepala penasihat ilmiahnya, Patrick Vallance, negara tersebut bakal menghadapi tingkat kematian yang meningkat secara eksponensial akibat COVID-19, jika pemerintah tidak segera mengeluarkan langkah pencegahan.

Inggris diketahui memiliki jumlah kematian akibat Virus Corona COVID-19 terbesar di Benua Eropa, dan terbesar kelima di dunia.

3 dari 3 halaman

Infografis Waspada Mutasi Virus Corona D614G dan Q677H