Sukses

200 Ribu Orang Meninggal di AS Akibat COVID-19, Donald Trump Bungkam

Kasus kematian di AS akibat COVID-19 masih tertinggi di dunia.

Liputan6.com, Washington, D.C. - Jumlah kematian akibat COVID-19 di Amerika Serikat telah mencapai 200.558 nyawa. Pasien meninggal terbanyak berasal dari New York.

Berdasarkan data Johns Hopkins University, Rabu (23/9/2020), daerah-daerah dengan kematian tertinggi adalah New York (33 ribu), lalu New Jersey (16 ribu), Texas (15 ribu), California (15 ribu), dan Florida (13 ribu).

Capres Joe Biden angkat bicara terkait kematian yang sudah mencapai 200 ribu.

"200 ribu orang Amerika telah meninggal akibat virus ini. Itu adalah angka mencengangkan yang sulit untuk dipikirkan. Tetapi di balik setiap kematian COVID-19 adalah keluarga dan komunitas yang tidak akan sama lagi," ujar Joe Biden lewat Twitter resminya @JoeBiden.

Biden juga sempat menyindir Presiden Donald Trump yang sibuk main Twitter dan golf ketika negara-negara lain sibuk mengendalikan virus COVID-19.

Sementara itu, Presiden Donald Trump memilih bungkam ketika ditanya reporter di Gedung Putih mengenai jumlah kematian yang mencapai 200 ribu.

Secara keseluruhan, ada 6,8 juta kasus COVID-19 di AS. Pasien sembuh tercatat mencapai 2,6 juta. Pada level global, ada 31,4 juta kasus dan 967 ribu meninggal.

Negara-negara lain dengan kematian tinggi adalah Brasil (137 ribu), India (88 ribu), dan Meksiko (73 ribu).

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 3 halaman

Satgas Covid-19 Minta Perusahaan Terbuka Jika Ada Karyawan Positif Corona

Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito meminta perusahaan terbuka apabila ada karyawannya yang positif terpapar virus corona.

Menurut dia, keterbukaan informasi sangat diperlukan untuk pelacakan kasus, sehingga virus corona tidak menyebar semakin luas. 

"Jangan merasa malu apabila ada yang positif. Karena orang-orang yang positif ini perlu kita lindungi, rawat, untuk bisa menjadi sembuh dan sehat kembali," ujar Wiku saat konferensi pers melalui Youtube Sekretariat Presiden, Selasa 22 September 2020.

Wiku menyebut, keterbukaan informasi ini telah dilakukan oleh instansi-instansi pemerintahan. Misalnya, dengan menghentikan sementara aktivitas di beberapa kantor kementerian maupun pemerintah provinsi setelah ditemukannya kasus positif Covid-19.

Bukan hanya itu, dia mengatakan, instansi pemerintah juga sudah rutin melalukan testing dan penelusuran pegawainya yang positif corona. Wiku berharap hal ini juga dilakukan oleh perusahaan-perusahaan.

Wiku juga meminta perusahaan tak khawatir apabila ada karyawannya yang positif corona, sebab pemerintah akan menanggung seluruh biaya perawatan. Bahkan, hal ini berlaku bagi karyawan yang tidak memiliki BPJS atau WNA yang tertular Covid-19 di Indonesia.

"Hal ini harus dilakukan oleh perusahaan adalah melindungi karyawannya dengan cara memastikan jangan sampai ada lagi karyawannya yang terpapar di lingkungan kerja," tuturnya.

3 dari 3 halaman

Infografis COVID-19