Sukses

Konflik Mediterania Timur: PM Yunani Ajak Presiden Erdogan Ngobrol

PM Yunani Kyriakos Mitsotakis mengaku ingin bertemu Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk membahas sengketa Laut Mediterania Timur.

Liputan6.com, Athena - Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis mendorong dialog untuk penyelesaian konflik Laut Mediterania Timur dengan Turki. Perseturuan terjadi karena terkait sumber daya energi di laut tersebut.

Masalah sengketa wilayah terjadi karena perbedaan pandangan tentang zona maritim. Yunani menggunakan Peta Seville dalam menentukan batas di Laut Mediterania Timur, sementara Turki menilai peta tersebut tak punya legitimasi.

Pada Sidang Umum PBB ke-75, PM Yunani pecaya bahwa isu ini bisa disepakati bersama lewat jalur diplomasi. Ia lantas mengajak Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk ngobrol bersama.

"Jadi mari bertemu, mari ngobrol, dan mari mencari solusi yang disetujui bersama. Mari berikan diplomasi sebuah kesempatan," ujar PM Mitsotaksi seperti dikutip Arab News, Sabtu (26/9/2020).

Apabila kedua pihak tidak setuju, PM Yunani mengajak Presiden Erdogan untuk mempercayakan kasus ini kepada Mahkamah internasional di Belanda.

"Jika kita masih tidak setuju, maka kita seharusnya mempercayai kearifan dari Mahkamah Internasional di Den Haag," kata PM Mitsotakis.

Ia juga menambahkan dirinya percaya Yunani dan Turki yang merupakan tetangga bisa menyelesaikan masalah ini.

Konflik Laut Mediterania Timur memanas dan melibatkan negara lain, seperti Prancis yang mendukung Yunani. Presiden Erdogan lantas ikut mencibir Presiden Emmanuel Macron.

Amerika Serikat sudah mengunjungi Yunani untuk mmeberikan dukungan pada diskusi dan dialog. Kementerian Luar Negeri AS juga ingin meredam kemungkinan adanya insiden yang melibatkan Yunani dan Turki yang dianggap sebagai sekutu NATO.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

2 dari 2 halaman

Erdogan Sebut Macron Tak Becus Menjabat

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, pada 17 September menyebutkan bahwa Prancis dipimpin oleh seorang presiden yang "tidak becus".

Sebutan itu diucapkan oleh Erdogan di tengah perseteruan pribadinya dalam beberapa bulan terakhir dengan Presiden Emmanuel Macron, yang terkait mulai dari konflik Libya dan sebagian Timur Tengah, hingga sengketa maritim antara Turki dengan Yunani. 

Dilaporkan AFP, Jumat 18 September 2020, Macron memicu kemarahan Ankara dengan menyebut Turki "pantas mendapatkan sesuatu yang lain" dari cara pemerintahan Erdogan mengelola urusan luar negeri.

Uni Eropa dijadwalkan akan membahas pemberian sanksi kepada Turki pada pekan depan, karena mengirim kapal eksplorasi energi dan kapal perangnya ke perairan Mediterania timur yang diklaim Siprus dan Yunani.

Sementara itu, dalam pertemuan virtual Partai AK di Turki, Erdogan mengatakan bahwa logika Macron dalam menyalahkan Turki atas masalah regional tidak benar.

"Jika Turki menarik diri dari Suriah, akankah Suriah mencapai perdamaian?" tanya Erdogan, sambil memeriksa daftar negara-negara di mana Turki dan Prancis berseberangan pendapat.