Sukses

Update 28 September: Infeksi Corona COVID-19 Dunia Hampir 33 Juta, Kematian Nyaris 1 Juta

Berdasarkan laporan dari Coronavirus Resource Center University Johns Hopkins Amerika Serikat masih menjadi negara yang paling banyak memiliki kasus Corona COVID-19.

Liputan6.com, Jakarta - Kasus penyebaran Virus Corona COVID-19 terus mengalami peningkatan. Ada 32.977.556 orang di seluruh dunia dilaporkan terpapar virus ini. Dengan angka kematian nyaris 1 juta atau kini tepatnya 996.674.

Berdasarkan laporan dari Coronavirus Resource Center University Johns Hopkins per Senin (28/9/2020), Amerika Serikat masih menjadi negara yang paling banyak memiliki kasus.

Sekitar 7.113.666 dinyatakan positif terpapar, sementara pasien meninggal dunia di AS mencapai 204.750. Sedangkan 2.766.280 orang dilaporkan sembuh.

Posisi selanjutnya yaitu India. Angka penyebaran di negara ini nyaris menyentuh 6 juta, lebih tepatnya 5.992.532 orang yang terpapar Corona COVID-19.

Angka kesembuhan di India cukup tinggi, 4.941.627 dilaporkan telah sembuh sementara 94.503 meninggal dunia. Brasil juga mengalami kenaikan dalam jumlah kasus.

Tercatat 4.717.991 kasus di negara yang terletak di kawasan Amerika Selatan tersebut. Dari angka penyebaran itu, 4.153.307 dinyatakan telah sembuh dan 141.406 meninggal dunia.

Posisi keempat dan kelima adalah Rusia dan Kolombia. Disusul oleh Peru, Meksiko dan Spanyol pada peringkat selanjutnya.

Sementara itu, Indonesia ada di urutan ke-23. Angka penyebaran di Indonesia adalag 275.231 orang. Jakarta yang merupakan ibu kota dari Indonesia kembali memberlakukan aturan pengetatan (PSBB).

Tercatat 203.014 telah sembuh dan 10.386 orang meninggal dunia akibat Corona COVID-19.

 

Simak video pilihan berikut:

2 dari 2 halaman

Melbourne Akan Cabut Aturan Jam Malam Terkait Corona COVID-19

Ada sejumlah wilayah di dunia yang sebelumnya menjadi pusat hotspot penyebaran Virus Corona COVID-19 kini kembali memberlakukan pelonggaran aturan.

Pemberlakukan jam malam di kota terbesar kedua Australia, yaitu Melbourne akan dicabut mulai Senin, 28 September setelah hampir dua bulan diberlakukan.

Perdana Menteri negara bagian Victoria Daniel Andrews mengatakan, penduduk Melbourne akan bebas meninggalkan rumah mereka kapan saja untuk bekerja, berolahraga, membeli kebutuhan pokok.

Dikutip dari laman Channel News Asia, relaksasi terjadi setelah 16 infeksi baru dan dua kematian dilaporkan di Victoria dan kasus aktif negara bagian turun di bawah 400 untuk pertama kalinya sejak 30 Juni.

Jam malam di Melbourne diberlakukan pada 2 Agustus 2020 bersama dengan sejumlah pembatasan lainnya karena kasus virus corona melonjak di kota berpenduduk sekitar 5 juta itu.

Kepala petugas kesehatan Brett Sutton mengatakan itu "bukan tindakan yang proporsional untuk diterapkan ke depan" mengingat jumlah kasus yang rendah.

Meski begiti, warga diminta untuk keluar tak melebihi jarak 5 km dari rumah mereka dan denda diberlakukan jika melanggar batasan lain.

"Kami tidak membuat keputusan ini dengan enteng tetapi tidak ada yang berhak menempatkan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh warga Victoria dalam risiko dan berpotensi menyebarkan virus," kata Andrews dalam konferensi pers.

Melbourne, ibu kota Victoria, menjadi episentrum gelombang kedua Australia setelah kecerobohan keamanan menyebabkan virus menyebar dari hotel yang digunakan untuk mengarantina pelancong yang kembali dari luar negeri.