Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan bioteknologi Australia Ena Respiratory mengatakan pada Senin, 28 September 2020 bahwa semprotan untuk hidung yang dikembangkan oleh pihaknya bisa melawan Corona COVID-19.
Dikutip dari laman Channel News Asia, Senin (28/9/2020) temuannya ini diklaim bisa meningkatkan sistem kekebalan manusia untuk melawan common cold dan flu, secara signifikan mengurangi pertumbuhan Virus Corona dalam sebuah penelitian baru-baru ini pada hewan.
Sebuah studi tentang musang menunjukkan produk yang dijuluki INNA-051 ini yang dapat digunakan sebagai pelengkap vaksin, menurunkan tingkat virus yang menyebabkan COVID-19 hingga 96 persen, kata perusahaan itu.
Advertisement
Baca Juga
Studi tersebut dipimpin oleh badan pemerintah Inggris yaitu Public Health England.
Ena Respiratory mengatakan, siap untuk menguji INNA-051 dalam uji coba manusia dalam waktu kurang dari empat bulan.
Perusahaan telah mengumpulkan 11,7 juta dolar Australia atau setara Rp 122 miliar untuk pengembangan semprotan tersebut. Investor termasuk perusahaan modal ventura Brandon Capital, pemerintah federal Australia, dana pensiun dan raksasa bioteknologi CSL.
Beberapa perusahaan di seluruh dunia sedang mengejar pengembangan vaksin virus corona. Australia telah menandatangani perjanjian dengan beberapa perusahaan obat yang menginvestasikan miliaran untuk mengamankan vaksin potensial untuk COVID-19, yang telah membuat lebih dari 1 juta orang di seluruh dunia kehilangan nyawa.
Australia sejauh ini melaporkan 875 kematian dan lebih dari 27.000 kasus virus corona, jauh lebih sedikit daripada jumlah yang dilaporkan di negara maju lainnya.
Simak video pilihan berikut:
Virus Corona COVID-19 di Melbourne
Hari ini, pemberlakukan jam malam di kota terbesar kedua Australia, yaitu Melbourne akan dicabut setelah hampir dua bulan diberlakukan .
Perdana Menteri negara bagian Victoria Daniel Andrews mengatakan, penduduk Melbourne akan bebas meninggalkan rumah mereka kapan saja untuk bekerja, berolahraga, membeli kebutuhan pokok.
Dikutip dari laman Channel News Asia, relaksasi terjadi setelah 16 infeksi baru dan dua kematian dilaporkan di Victoria dan kasus aktif negara bagian turun di bawah 400 untuk pertama kalinya sejak 30 Juni.
Jam malam di Melbourne diberlakukan pada 2 Agustus 2020 bersama dengan sejumlah pembatasan lainnya karena kasus Virus Corona COVID-19 melonjak di kota berpenduduk sekitar 5 juta itu.
Kepala petugas kesehatan Brett Sutton mengatakan itu "bukan tindakan yang proporsional untuk diterapkan ke depan" mengingat jumlah kasus yang rendah.
Meski begiti, warga diminta untuk keluar tak melebihi jarak 5 km dari rumah mereka dan denda diberlakukan jika melanggar batasan lain.
"Kami tidak membuat keputusan ini dengan enteng tetapi tidak ada yang berhak menempatkan segala sesuatu yang telah dilakukan oleh warga Victoria dalam risiko dan berpotensi menyebarkan virus," kata Andrews dalam konferensi pers.
Melbourne, ibu kota Victoria, menjadi episentrum gelombang kedua Australia setelah kecerobohan keamanan menyebabkan virus menyebar dari hotel yang digunakan untuk mengarantina pelancong yang kembali dari luar negeri.
Advertisement