Liputan6.com, Jakarta - Pada 7 Oktober 1975, seorang hakim Mahkamah Agung Negara Bagian New York membatalkan perintah deportasi untuk John Lennon. Hakim mengizinkannya untuk tetap berada secara hukum di rumah angkatnya di New York City.
Protes terhadap Perang Vietnam telah meningkat secara signifikan setelah pengumuman invasi Kamboja pada 30 April 1970, dan penembakan tewasnya empat demonstran mahasiswa di Kent State hanya empat hari kemudian. Banyak pertemuan seperti itu akan menampilkan demonstran damai yang menyanyikan lagu kebangsaan Lennon pada 1969 "Beri Kesempatan Perdamaian," tetapi yang lain lebih mengancam.
Baru pindah ke New York City, John Lennon mulai mengasosiasikan secara terbuka dengan tokoh-tokoh radikal seperti Abbie Hoffman, Jerry Rubin dan Bobby Seale, dan Gedung Putih dilaporkan semakin prihatin, menurut film dokumenter 2006 The US vs John Lennon, atas potensi dirinya.
Advertisement
Pengaruh kuat dengan generasi berusia 18 hingga 20 tahun yang akan diizinkan, untuk pertama kalinya, memberikan suara dalam pemilihan presiden 1972.
"Saya kira jika Anda akan membuat daftar musuh Anda dan memutuskan siapa yang paling berbahaya," Walter Cronkite kemudian berkata, "Jika saya adalah Nixon, saya akan menempatkan Lennon di dekat puncak," seperti dikutip dari History, Selasa (6/10/2020).
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Pengadilan Tak Mempertanyakan Motif Sebenarnya
Senator Carolina Selatan Strom Thurmond memiliki pendapat yang sama, dan itu adalah surat yang dia tulis kepada Gedung Putih dalam kapasitasnya sebagai Ketua Komite Keamanan Internal Senat yang mendorong Gedung Putih untuk bertindak. Investigasi FBI terhadap Lennon tidak menemukan bukti keterlibatan dalam kegiatan ilegal, tetapi masalah tersebut tetap dirujuk ke Layanan Imigrasi dan Naturalisasi, yang memulai proses deportasi terhadap Lennon dan istrinya, Yoko Ono, berdasarkan hukuman ganja 1968 di Inggris.
Leon Wildes, pengacara imigrasi yang akan menangani kasus Lennon selama empat tahun lebih ke depan, akan mengatakan tentang reaksi kliennya terhadap kasus tersebut, "Dia mengerti bahwa apa yang telah dilakukan padanya adalah salah. Itu adalah pelanggaran hukum, dan dia bersedia untuk berdiri dan mencoba untuk menunjukkannya — untuk menyinari itu."
Kegigihan Lennon dalam memperjuangkan kasus ini akhirnya terbayar pada 7 Oktober 1975, dengan keputusan pengadilan yang tidak mempertanyakan motif sebenarnya di balik deportasi, "Pengadilan tidak akan membenarkan deportasi selektif berdasarkan alasan politik rahasia," tulis Hakim Irving Kaufman, yang juga melanjutkan dengan berkata, "Pertempuran empat tahun Lennon untuk tetap tinggal di negara kita adalah kesaksian atas keyakinannya pada impian Amerika ini."
Kurang dari satu tahun kemudian, pada Juni 1976, John Lennon mendapatkan kartu hijaunya.
Â
Reporter: Romanauli Debora
Advertisement